Beberapa waktu belakangan istilah cyber security atau cybersecurity makin populer, setidaknya berdasarkan Google Trends. Seperti yang telah InfoKomputer tuliskan di sini, berdasarkan Google Trends, penelusuran akan cyber security memiliki tren yang terus meningkat di dunia dalam lima tahun terakhir. Hal yang menyerupai juga bisa dibilang terjadi di Indonesia.
Makin populernya cyber security sejalan dengan makin pentingnya cyber security. Pasalnya, makin banyaknya penggunaan komputer seperti desktop, laptop, smartphone, server, dan perangkat IoT (internet of things) serta penggunaan jaringan komputer seperti internet dalam kehidupan umat manusia sehari-hari. Begitu pula dengan makin banyaknya jumlah serangan terhadap komputer dan jaringannya itu alias cyber attack. Cyber attack bersangkutan tentu bisa mengganggu kehidupan masyarakat dunia, termasuk Indonesia, yang makin banyak menggunakan komputer dan jaringannya tersebut.
Ambil contoh porsi pengguna internet maupun jumlah cyber attack di Indonesia. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) porsi pengguna internet di Indonesia adalah sekitar 47,69% populasi berumur lima tahun ke atas pada tahun 2019. Porsi tersebut meningkat pesat dibandingkan tahun 2017 yang hanya sekitar 32,34%. Sementara, BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) menyatakan sepanjang bulan Januari sampai Agustus tahun lalu, terdapat hampir 190 juta upaya cyber attack di Indonesia. Jumlah tersebut naik menjadi lebih dari empat kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019 yang sekitar 39 juta.
Sayangnya, meski cyber security belakangan makin penting, ternyata kesalahan manusia sehubungan cyber security masih lazim terjadi. Menurut studi Tessian; yang menggunakan pula data dan insight milik Professor Jeff Hancock dari Stanford University; belum lama ini, 88% dari data breach — salah satu cyber security incident — disebakan oleh human error alias kesalahan manusia atau kesalahan orang. Nah, berikut ini adalah lima di antara aneka kesalahan manusia sehubungan cyber security yang umum ditemukan menurut sejumlah pihak.
1. Menggunakan Password yang Lemah
Meski sudah banyak pihak yang menyampaikan cara untuk membuat password alias kata sandi yang lebih kuat agar lebih susah diterka, masih banyak orang yang menggunakan password yang lemah sehingga cukup mudah diterka. Hal ini misalnya terlihat dari daftar password paling buruk pada tahun 2020 yang dikeluarkan NordPass. Pada peringkat pertama adalah “123456” yang digunakan oleh sebanyak 2.543.285 pengguna, sedangkan pada peringkat kedua adalah “123456789” yang dimanfaatkan oleh 961.435 pengguna.
Melengkapi lima besar adalah “picture1”, “password”, dan “12345678”; masing-masing dengan 371.612, 360.467, dan 322.187 pengguna. Padahal studi tersebut dilakukan terhadap basis data yang secara keseluruhan mengandung hanya 275.699.516 password. Adapun daftar NordPass sendiri merupakan daftar 200 password paling buruk pada tahun 2020. Peringkat keenam digunakan oleh 230.507 pengguna dan peringkat terakhir digunakan oleh 15.786 pengguna.