Find Us On Social Media :

Gigacover Luncurkan Layanan Finansial Baru untuk Pekerja Independen

By Rafki Fachrizal, Jumat, 23 Juli 2021 | 16:35 WIB

Ilustrasi Pekerja Independen

Penyedia layanan fintech (financial technology) yang berfokus pada pekerja independen (gig economy), Gigacover, mengumumkan layanan finansial baru untuk pelanggannya di Asia Tenggara.

Layanan tersebut termasuk Earning Advances dan Pinjaman Produktif, melengkapi layanan perlindungan kesehatan yang sudah ada sebelumnya.

Hingga kini, Gigacover telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan seperti Gojek, Foodpanda, dan Gogox di Singapura dan baru saja menambah Lalamove serta AXA Financial Agent di Indonesia, sambil terus menjangkau lebih banyak pemain lokal lainnya.

Co-founder & CEO Gigacover, Amerson Lin mengatakan bahwa pertumbuhan pesat para pekerja independen di Asia Tenggara menjadi tantangan dan peluang bagi fintech seiring peningkatan pengawasan dari regulator dan pekerja yang menuntut transparansi dan keadilan.

“Di sinilah Gigacover masuk sebagai penghubung antara bisnis, lembaga keuangan, pemerintah, dan pekerja independen, dengan mendukung dan menyediakan produk keuangan yang sesuai kebutuhan serta melindungi. Kami melihat peluang pertumbuhan yang sangat besar karena semakin banyak generasi milenial memilih untuk berwirausaha, dan perusahaan menerapkan perekrutan tenaga kerja hybrid dengan mengambil lebih banyak staf kontrak dan pekerja tidak tetap,” papar Amerson.

Gigacover didirikan pada tahun 2017 di Singapura untuk memberikan stabilitas dan kesetaraan bagi pekerja independen, termasuk pekerja gig, freelancer, dan orang yang bekerja sendiri tanpa naungan perusahaan, sehingga tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan yang baik.

Hingga tahun 2021, Gigacover telah hadir di Singapura dan Indonesia. Gigacover juga telah memulai pembangunan di Filipina dan berencana untuk memasuki pasar Vietnam sebagai bagian dari strategi ekspansi di Asia Tenggara.

Untuk di Indonesia sendiri, Gigacover telah tumbuh sepuluh kali lipat sepanjang tahun 2020. Country Head Gigacover Indonesia, Cobysot Avego Putro mengungkapkan bahwa pihaknya sangat optimis dengan pertumbuhan anggota Gigacover di Indonesia di tahun-tahun berikutnya.

“Walaupun mendapat predikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, kesejahteraan pekerja independen masih belum mendapatkan perhatian yang besar di sini. Kami harap Gigacover bisa menciptakan keamanan finansial dan jaminan kesehatan yang lebih baik bagi semua pekerja independen dan pelaku gig economy di Indonesia," tutur Cobysot.

Sementara itu, Amerson menambahkan “Selama 5 tahun ke depan, kami menargetkan untuk dapat melayani 7 juta pekerja independen Indonesia dan mewujudkan visi kami untuk melayani lebih dari 20 juta pengguna di seluruh wilayah Asia Tenggara.”

Dari data Gigacover, ditemukan bahwa lebih dari 50% pekerja independen di Indonesia memilih uang tunai dan perlindungan kesehatan sebagai tunjangan pilihannya.

Di Jakarta sendiri, Gigacover mengalami peningkatan dalam jumlah Earnings Advance dan transaksi asuransi mikro sebesar tiga kali lipat pada Q2 tahun 2021, sehingga meningkatkan penggunaan produk Gigacover secara keseluruhan di Indonesia hingga 60% di kalangan komunitas pekerja independen.

Selain itu, dengan pasar utama meliputi Indonesia dan Singapura, saat ini Gigacover dapat dianggap sebagai pemimpin pasar di regional karena bekerja dengan lebih dari 50% platform dan marketplace yang terkait dengan pekerja independen.

Terapkan Strategi Bisnis B2B2W

Berbeda dengan startup fintech lainnya, Gigacover menerapkan strategi bisnis yakni B2B2W (w=worker).

Strategi ini menjadikan Gigacover sebagai startup yang menghadirkan solusi unik untuk mengisi kesenjangan antara asuransi tradisional dan mitra layanan keuangan, yang bisa sangat mahal bagi pelaku gig economy dan platform tempat mereka berada.

Pertumbuhan pesat Gigacover di Indonesia menunjukkan komitmennya untuk membantu pekerja independen dan komunitas pelaku gig economy yang kurang terlayani di dalam negeri untuk memiliki akses manfaat yang sama seperti pekerja penuh waktu, dan mencapai literasi keuangan untuk dapat menopang diri mereka sendiri jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

“Inklusi dan stabilitas keuangan masih menjadi tantangan mendesak yang menghambat ekosistem berkelanjutan untuk gig economy di wilayah Indonesia. Sebagai platform keuangan, Gigacover berharap bahwa pilihan untuk menjadi pekerja independen juga bisa sama valid, stabil, dan menguntungkannya seperti pilihan bekerja dalam perusahaan,” pungkas Coby.

Baca Juga: Indonesia Paling Siap Adopsi Pembayaran Cashless di ASEAN, Nasabah Prioritaskan Ini

Baca Juga: Elon Musk 'Simpan' Ethereum, Harganya Naik 12 Persen Dalam Satu Hari