Find Us On Social Media :

Syahraki Syahrir: Menjawab Tantangan Supply & Demand Talenta Keamanan Informasi

By Liana Threestayanti, Rabu, 28 Juli 2021 | 18:30 WIB

Syahraki Syakir, President ISACA Indonesia Chapter

Diakui Raki, ilmu dari bangku perguruan tinggi belum cukup memadai untuk menghadapi tantangan di dunia kerja karena information security cakupannya luas sekali dan ilmunya terus berkembang. “Tapi minimal lulusan universitas tahun basic ideanya, sehingga ketika masuk dunia kerja, mereka tidak mulai dari nol,” katanya.

Nah, untuk mereka yang memiliki keinginan mengembangkan karier di bidang keamanan informasi, selain memiliki dasar-dasar ilmunya, Raki menyarankan beberapa hal ini. Pertama, jadikan internet sebagai “teman baik” karena menurut Raki di sanalah kita bisa mendapatkan banyak ilmu, termasuk tentang keamanan informasi. “Yang kedua, asosiasi atau komunitas juga memainkan peran penting. Karena dengan ikut ke komunitas atau asosiasi, kita akan terupdate juga tentang current issue,” imbuh Raki

Selain itu, ISACA juga mendorong mahasiswa di bidang TI untuk mendapatkan sertifikasi di bidang keamanan informasi. Sertifikasi dibutuhkan, antara lain, karena dunia kerja membutuhkan proof of knowledge. Bukti ini juga dibutuhkan mengingat keamanan informasi adalah hal yang sensitif. “Sehingga dibutuhkan bukti bahwa kita benar-benar tahu caranya, dan membantu membuktikan kita menguasai area mana (dalam keamanan informasi),” jelas Raki. 

Selain sebagai proof of knowledge, sertifikasi juga terkait dengan standardisasi dan etika. “Pekerjaan information security ini menurut saya sudah jadi profesi, kalau dia profesi maka harus ada standar etika, sama seperti dokter dan pengacara. Karena yang akan ditangani ketika sudah masuk dunia kerja adalah informasi yang sifatnya sensitif, kalau tidak punya etika yang benar akan berbahaya. (Dengan sertifikasi), minimal dia juga punya komitmen untuk bisa menjalankan etika dari profesi tersebut,” paparnya lagi. 

Keamanan Informasi Bukan untuk Menghalangi

Indonesia memiliki keunggulan berupa populasi penduduk yang besar, tapi menghadapi kendala berupa kondisi geografis yang tersebar. Oleh karena itu, menurut Raki, salah satu solusinya adalah teknologi. 

“Dengan teknologi yang baik, harusnya kesenjangan informasi bisa selesai, saya punya belief itu. Dan menurut saya, ketika kita bicara teknologi, kita tidak boleh bicara hanya kota-kota besar. Kita harus memikirkan bagaimana caranya agar orang yang ada di pelosok pun bisa mendapatkan manfaat dari teknologi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat knowledge dan ekonomi,” jelasnya. 

Peran ISACA adalah memastikan pemanfaatan dan perkembangan teknologi ini berjalan dengan aman. ISACA tidak  hanya ingin Indonesia maju, memiliki infrastruktur teknologi yang andal, tapi juga mampu mengelola dan menjaga keamanan infrastruktur tersebut. 

“Kami ingin memastikan bahwa orang-orang, sampai ke pelosok sekalipun, merasa aman dan nyaman, menggunakan sistem yang andal ketika misalnya memesan barang atau berjualan di marketplace,” ucap Raki. 

Laju perkembangan teknologi yang sangat cepat ini bisa menakutkan jika tanpa “rem” berupa keamanan informasi. Syahraki Syahrir mengatakan bahwa rem ini bukan untuk menghentikan laju teknologi.

“Tapi rem ini akan membuat kita lebih percaya diri untuk jalan kencang. Tanpa ‘rem’, (akibatnya akan)  mengerikan, karena (teknologi) bisa disalahgunakan,” tutupnya.