"Contoh-contoh yang kita lihat saat ini memperlihatkan peningkatan serangan para peretas, tentu juga karena pandemi dan cara kerja di mana saja," ujar Jens Bothe, Director Global Consulting dan pakar keamanan OTRS AG. Jens menegaskan fakta bahwa hanya 56 persen perusahaan yang sangat siap menghadapi insiden keamanan tentunya mengkhawatirkan. "Celah keamanan karena software tidak diperbarui di 65 persen perusahaan seharusnya menjadi perhatian," ujarnya lagi.
“Pada beberapa negara di Asia Pasifik, data breach menjadi hal yang mengkhawatirkan karena masyarakat masih menyesuaikan diri dengan aturan WFH yang diterapkan di beberapa negara, seperti Malaysia dan Singapura,” Daphne Sim, Country Manager Singapura, OTRS Group, menambahkan.
Di Malaysia, sepanjang masa lockdown awal pada pertengahan Maret 2020, jumlah insiden keamanan siber meningkat pesat dalam waktu dua minggu saja, sebesar 82,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
OTRS Group sendiri memiliki solusi
STORM SOAR yang dapat membantu perusahaan merespons insiden keamanan dengan cepat dan andal.