Find Us On Social Media :

Begini Cara Lintasarta Bangun Smart City Berkelanjutan di Indonesia

By Adam Rizal, Minggu, 29 Agustus 2021 | 16:00 WIB

Direktur Utama Lintasarta Arya Damar

Pemerintah sebagai penyedia pelayanan juga harus berbenah untuk melakukan transformasi digital, terutama untuk menghasilkan digital government, digital business, dan digital society. Dengan menggunakan aplikasi terpusat (single apps / super apps), masyarakat, bisnis dan pemerintah dapat berkomunikasi dengan lebih baik di semua lini pelayanan.

Untuk mengatasi permasalah urbanisasi yang semakin cepat, kini smart city saja tidak cukup. Dibutuhkan solusi Smart and Sustainable City (SSC) yang dapat terwujud bila masyarakat, media, komunitas, dan bisnis tidak hanya sebagai user dari solusi, tapi juga co-creators. Dengan kolaborasi pentahelix, aspirasi dapat terserap dengan baik dan lebih cepat. Sehingga prioritas kebijakan juga dapat dilakukan dengan cepat. Sebagai co-creators, masyarakat, media, komunitas dan bisnis akan melakukan banyak inovasi baru, sesuai dengan goal dari Smart and Sustainable City.

Banyaknya aplikasi dan sensor yang dipasang setelah dilakukannya transformasi digital akan menghasil data dalam jumlah yang sangat banyak. Mengintegrasikan data dan membentuk data sesuai design dan planning.

Data yang terintegrasi dapat dibuat pemodelan data sehinggavisualisasi kondisi daerah dapat dilihat dengan jelas secara near real-time atau dinamakan dengan digital twin. Pemerintah dapat membuat simulasi untuk melihat prediksi hasilnya sehinggamenjadi dasar pembuatan keputusan. Data terintegrasi kemudian dapat dibagikan (non-credential) ke pengembang untuk menghasilkan inovasi baru.

Dengan demikian, kami berharap pemerintah daerah tak perlu memikirkan kendala dari sisi infrastruktur. Pemerintah dapat fokus pada menyiapkan master plan jangka panjang untuk mewujudkan kota pintar berkelanjutan, menyiapkan solusi dan prosedur bisnis yang inovatif. Strategi inovatif dapat dilakukan dengan menciptakan Aplikasi sesuai kebutuhan masing-masing daerah, kemudian membagikan Application Programming Interface (API). API merupakan sebuah sebuah interface yang dapat menghubungkan antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya, baik dalam satu platform yang sama maupun lintas platform.

“Saya harapkan setiap kota akan membuka API untuk digunakan oleh industri, akademisi, dan masyarakat dalam hal kepentingan bisnis dan penelitian. Kolaborasi tersebut tentu akan menguntungkan pemerintah daerah itu sendiri di masa mendatang. Pemerintah pun akan punya sebuah pemodelan data yang disebut digital twin,” tutur Arya.

Digital twin merupakan representasi digital dari suatu entitas, baik aset, proses maupun sistem, termasuk perilaku untuk memahami status, menanggapi perubahan, meningkatkan operasi bisnis dan memberikan nilai tambah. Dalam hal ini, digital twin menciptakan kota pintar dan berkelanjutan melalui empat komponen.

Pertama, penyatuan data digital dalam platform satu data yang aman. Kedua, permodelan data untuk visualisasi daerah secara real time. Ketiga, analisa data dan simulasi untuk pembuatan kebijakan baru atau data driven decision making. Keempat, open data menghasilkan inovasi dan data baru yang lebih luas. Sehingga, untuk mempercepat upaya mewujudkan kota pintar di wilayah masing-masing maka implementasi smart city harus dilakukan bersama-sama dengan kolaborasi pentahelix (akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media).