Find Us On Social Media :

Serangan Trojan Mobile Banking Melonjak, Ini 5 Tips untuk Menghindarinya

By Liana Threestayanti, Senin, 6 September 2021 | 11:35 WIB

Ilustrasi trojan mobile banking

Sepanjang kuartal 2 tahun 2021, telah terjadi peningkatan tajam serangan trojan mobile banking berbahaya di Asia Tenggara, menurut laporan Kaspersky tentang ancaman seluler. 

Kaspersky  memantau adanya kenaikan sebanyak 60% dalam jumlah  serangan trojan mobile banking berbahaya yang terdeteksi dan diblokir di wilayah tersebut. Trojan mobile banking digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk mencuri dana langsung dari rekening bank seluler (mobile banking). 

Program ini berbahaya karena biasanya terlihat seperti aplikasi keuangan yang resmi, padahal sebenarnya buatan para penjahat maya. Ketika korban memasukkan kredensial untuk melakukan akses menuju rekening bank mereka, penyerang pun mendapatkan akses ke informasi pribadi itu.

Kaspersky melaporkan bahwa sejak awal tahun 2021, produknya berhasil menggagalkan sebanyak 708 insiden di enam negara di Asia Tenggara. Angka tersebut mencapai 50% dari total jumlah trojan mobile banking yang diblokir pada tahun 2020 sebanyak 1.408.

Di Q1, Indonesia & Vietnam Alami Serangan Terbanyak

Secara global, lima negara dengan jumlah deteksi trojan mobile banking terbanyak pada Q2 2021 adalah Rusia, Jepang, Turki, Jerman, dan Prancis. Sementara di Asia Tenggara, Indonesia dan Vietnam mencatat jumlah insiden terbanyak selama semester pertama tahun ini tapi tidak termasuk dalam daftar 10 besar negara di dunia yang terkena dampak ancaman ini. Vietnam berada di peringkat ke-27 sedangkan Indonesia di urutan ke-31 pada Juni tahun ini. 

Jumlah serangan trojan mobile banking di Asia Tenggara memang terpantau masih rendah. Namun dari periode April hingga Juni tahun ini, Kaspersky mendeteksi lebih banyak serangan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebanyak 367 versus 230 deteksi. Hal ini menunjukkan pandemi yang berkelanjutan terus memaksa pengguna untuk mulai menggunakan sistem pembayaran seluler, dan cashless menjadi lebih umum.

“Kita hampir berada di tahun kedua pandemi yang dengan cepat merubah adopsi pembayaran seluler terutama di wilayah Asia Tenggara yang kini menjadi lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Sejak awal krisis kesehatan ini, survei kami menunjukkan bahwa mayoritas pengguna internet di wilayah ini telah mengalihkan aktivitas keuangan mereka secara online, seperti berbelanja (64%) dan perbankan (47%),” ujar Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara.

Tips Hindari Serangan Trojan Mobile Banking

Dalam laporan lainnya yang berjudul “Making Sense of Our Place in the Digital Reputation Economy”, Kaspersky mengungkapkan, mayoritas (76%) dari 861 responden dari Asia Tenggara membulatkan niat mereka untuk tidak menyimpan data terkait keuangan di internet. Sentimen tertinggi berada di kalangan Baby Boomers (85%), diikuti oleh Gen X (81%), dan Milenial (75%).

“Kabar baiknya adalah masyarakat di wilayah ini masih memiliki kesadaran yang cukup baik tentang risiko keamanan dari melakukan transaksi perbankan dan pembayaran melalui ponsel/ perangkat pribadi. Namun sayangnya masih terdapat kesenjangan antara ‘pengetahuan’ dan ‘tindakan’ yang dilakukan,” jelas Yeo. 

Guna membantu para pengguna di Asia Tenggara memanfaatkan kapabilitas ponsel cerdas dan menjaga keuangannya tetap aman, Kaspersky menyarankan beberapa tips praktis untuk meningkatkan keamanan finansial pengguna secara online: