Google Cloud hari ini meluncurkan sebuah layanan digital twin guna meningkatkan visibilitas supply chain secara end-to-end.
Solusi yang dinamai Supply Chain Twin ini membantu perusahaan membuat digital twin--representasi virtual--dari supply chain fisik dengan mengonsolidasikan dan menganalisis data dari berbagai sumber. Dengan cara ini, perusahaan akan memperoleh gambaran yang lebih utuh mengenai supplier, inventory, dan lain-lain.
Melengkapi solusi tersebut, Google Cloud juga meluncurkan modul Supply Chain Pulse. Modul ini akan membantu para manajer supply chain melalui real time dashboard, fitur advanced analytics, alert, dan kolaboarasi di Google Workspace.
Tantangan Visibilitas
Supply Chain Twin dihadirkan Google Cloud untuk menjawab tantangan saat ini. Persoalan yang dihadapi kebanyakan perusahaan saat ini adalah tidak memiliki visibilitas yang utuh terhadap rantai pasoknya.
Hal ini tentu bisa menyebabkan perusahaan ritel kehabisan stok, perusahaan manufaktur harus mengurus inventori yang kadaluarsa, atau perusahaan mengalami disrupsi akibat cuaca buruk atau peristiwa tak terduga.
Data yang dirilis IHL Group menyebutkan, pada tahun 2020, akibat pandemi COVID-19, item yang kehabisan stok saja menimbulkan biaya sebesar US$1,14 triliun di industri ritel global. Hal ini memperlihatkan betapa perusahaan membutuhkan insight yang up to date mengenai operasional, inventori dan hal-hal lainnya terkait rantai pasok.
"Visibilitas end-to-end di seluruh bagian rantai pasok merupakan prioritas utama para profesional di bidang supply chain dalam mengoptimalkan perencanaan, pengambilan keputusan real time, dan melakukan monitoring," ujar Simon Ellis, Program Vice President, IDC.
Menurut Simon, pendekatan digital twin supply chain yang dikembangkan Google Cloud akan merentangkan jaringan data internal, eksternal, dan mitra tanpa integrasi yang kompleks. "Sehingga pendekatan ini dapat membantu organisasi merencanakan, memantau, berkolaborasi, dan merespons dengan lebih baik dan pada skala yang dibutuhkan," imbuh Simon Ellis.
Kemudahan dan Kecepatan Integrasi
Supply Chain Twin bekerja dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber, di antaranya dari aplikasi/sistem bisnis, seperti ERPs, sistem milik supplier dan partner, dan juga sumber-sumber data publik, misalnya data cuaca. Proses integrasinya dengan sistem eksternal bahkan lebih cepat daripada waktu integrasi yang dibutuhkan jika menggunakan API, menurut keterangan Google.
Dalam rilisnya, Google mengklaim beberapa pelanggan mengalami penurunan sebesar 95 persen pada analytics processing time, dari 2,5 jam menjadi 8 menit saja.
Melalui modul Supply Chain Pulse, perusahaan dapat memanfaatkan berbagai performance dashboard untuk menganalisis beberapa operational metric yang penting. Pengguna dapat mengatur agar mobile alert aktif ketika ada metric yang mencapai ambang batas yang ditentukan user.
Selain itu, pengguna juga dapat membagi pakai workflow di Google Workspace agar semua dapat berkolaborasi dengan cepat, terutama ketika terjadi masalah. Layanan ini juga menyediakan fitur rekomendasi, yang didukung AI, untuk merespons event.
Google akan menggandeng beberapa system integrator, seperti Deloitte dan Tata Consultancy Services (TCS), dalam membantu organisasi dengan kebutuhan logistik yang tinggi, seperti ritel, manufaktur, dan kesehatan, mengimplementasikan solusi ini.
Supply Chain Twin dan modul Twin Pulse telah tersedia secara global namun dengan akses terbatas.