Find Us On Social Media :

Kunci Sukses Bangun Startup 'Unicorn' di RI, Harus Berani Melangkah

By Adam Rizal, Minggu, 26 September 2021 | 11:30 WIB

Xendit

Pertumbuhan startup di Indonesia sangat pesat dalam beberapa waktu terakhir, menyusul banyak startup unicorn yang telah hadir di Indonesia. Salah satu startup unicorn Xendit mencatatkan pertumbuhan progresif di Indonesia.

Founder sekaligus COO dari startup Xendit yaitu Tessa Wijaya membagikan beberapa tips bagi para pemula untuk merintis startup supaya bisa mencapai predikat unicorn. Tips pertama, Anda harus berani melangkah baik Anda sebagai perempuan atau pun laki-laki dan menganggap kedudukan Anda setara.

"Bahwa ada anggapan bidang matematika, science, tech itu didominasi laki-laki. Janganlah wanita takut. Kita itu semua sama. Jadi jalanin dulu saja, jangan takut. Kalau tidak berani maju bagaimana bisa membuat hasil yang bagus?," kata Tessa dalam konferensi pers virtual Gerakan Nasional "Ignition 1000 Startup Digital".

Tips kedua, Anda harus bisa memiliki ketahanan dan kemampuan beradaptasi yang baik. Saat anda mengalami kegagalan, Anda harus menjadikan kegagalan itu sebagai pembelajaran.

Tessa menceritakan butuh pivot hingga lebih dari dua kali untuk akhirnya jenis layanan yang ia kembangkan bisa berhasil dan mencetak perusahaannya Xendit menjadi unicorn seperti saat ini. Pada saat masa uji coba, Anda tidak perlu berlama-lama mengembangkan produk dan cukup beri produk atau layanan dengan standar minimum atau disebut Tessa sebagai Minimum Valueable Product (MVP).

"Saat founder startup membuat produk uji coba memakan waktu 6-8 bulan. Bisa-bisa dia keburu telat karena ternyata akhirnya sudah banyak solusi yang sama. Jadi setidaknya paling lama produk itu 1 bulan harus sudah jadi," kata Tessa.

Tessa menganjurkan para pendiri startup tidak bosan mencari dan mendengarkan masyarakat yang nantinya akan menjadi konsumen yang menggunakan produk startup.

"Tidak ada yang bisa mengganti peran dari mendengarkan dan berbicara ke pelanggan. Pasti akan menemukan banyak masalah dan tantangan. Tapi agar produk bisa sukses itu perlu terus ditanya ulang agar produknya diterima baik pelanggan. Ini hal paling penting untuk startup," kata Tessa seperti dilansir Antara.

Xendit merupakan startup terbaru di Indonesia yang mendapatkan predikat unicorn setelah mendapatkan suntikan dana dari investor senilai 150 juta dolar AS.

1000 Startup Digital

Gerakan nasional "Ignition 1000 Startup Digital" yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bisa menghadirkan lebih banyak solusi untuk menjawab permasalahan- permasalahan dengan mengembangkan kearifan lokal.

Harapan itu disampaikan oleh Direktur Jendral Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan setelah melihat pertumbuhan perusahaan rintisan digital yang masif di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir yang bahkan di tengah pandemi tetap bertumbuh.

"Harapannya kita bisa jadi negara yang menguasai teknologi startup. Karena ada banyak permasalahan di Indonesia pada proses transformasi seperti saat ini," kata Semuel dalam konferensi pers virtual, Sabtu.

Saat ini sudah sangat banyak perusahaan rintisan digital yang hadir di Indonesia namun masih memiliki fokus layanan di kota-kota besar seperti kota tier 1 dan tier 2.

Potensi di kota tier 3 dan tier 4 yang belum tersentuh oleh para perusahaan rintisan yang kini ada, diharapkan bisa digali potensinya oleh para talenta digital yang mengikuti gerakan nasional "Iginition 1000 Startup Digital".

Terhitung ada 1160 startup digital ikut berpartisipasi dalam acara yang terdiri dari seminar hingga workshop yang dihelat secara hibrid. Semuel menyebutkan gerakan itu berbasiskan dua tema yaitu tematik dan daerah.

Untuk skema startup daerah, ada 20 daerah yang dipetakan dan didalami permasalahannya dan diharapkan bisa ada solusi tepat lewat pendekatan kearifan lokal. Startup juga nantinya akan diperkenalkan dengan model bisnis lainnya sehingga ekosistem yang kini ada bisa diperkuat dengan model bisnis yang belum tersedia.

"Kita kenalin juga bisnis itu gak cuma B2B atau B2C tapi juga ada C2G atau B2G. Ini bisnis yang belum pernah digarap, kan pemerintah juga butuh transformasi digital. Ini kita butuh solusi lainnya, kita juga mau membukakan wawasan teman- teman (peserta)," ujar Semuel.

Dalam gerakan nasional itu, Kementerian Kominfo turut menggandeng Modal Ventura (Venture Capital) anak bangsa yaitu BRI Venture untuk bisa mengembangkan potensi startup di Indonesia.

Chief Investment Officer BRI Venture William Gozali mengatakan program pengembangan kemampuan para talenta digital itu sejalan dengan potensi di masa depan. Para startup yang baru terjun, memiliki peluang besar menghadirkan solusi-solusi kearifan lokal yang menjadi kunci dan keuntungan di pasar Indonesia.

Selain itu sudah ada banyak pembelajaran dari para pendahulu yang meniti karir lewat jalur startup sehingga proses uji coba dan kesalahan yang sudah pernah ada bisa ditanggulangi dengan lebih baik

"Animo investor juga terus tumbuh dan program sejenis ini pun membuat proses trial and error menjadi efektif dan efisien. Kalau startup angkatan pertama butuh waktu panjang untuk jadi unicorn maka dengan adanya program ini diharapkan jadi lebih singkat,"ujar William.

Salah satu perwakilan startup yang juga aktif di ekosistem Indonesia yaitu Xendit juga turut mengapresiasi langkah pemerintah mengadakan gerakan nasional "Ignition 1000 Startup Digital" karena bisa mempercepat kematangan ekosistem digital di Indonesia.

Kondisi saat ini Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara dengan startup terbanyak secara global dan dengan gerakan nasional memfasilitasi para startup baru tentu ekosistem digital Indonesia bisa semakin kuat lagi.

"Kita memiliki potensi besar, dengan dukungan pemerintah tentunya pasti akan ada banyak dan makin cepat startup yang akan menjadi unicorn ke depannya," ujar Founder dan COO Xendit Tessa Wijaya.