Find Us On Social Media :

Pengusaha 26 Tahun ini Kupas 6 Tips Untuk Bangun Jenama dari Nol

By Indah PM, Sabtu, 16 Oktober 2021 | 15:00 WIB

Yasa Singgih saat pemaparan di Lazada Seller Conference 2021.

Membangun brand atau jenama agar dapat diingat orang banyak dalam waktu lama bukanlah perkara mudah. Hal inilah yang menjadi perhatian Lazada. Sebagai platform e-commerce Lazada memahami bahwa membangun jenama selalu menjadi tantangan bagi para pelaku bisnis, khususnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Berkaca pada hal ini, Lazada mengadakan Lazada Seller Conference 2021, yang digelar selama dua hari pada 6-7 Oktober 2021 lalu. Konferensi  bertajuk ‘Level Up - Cermat Melesat’ ini bertujuan untuk mempersiapkan para pemilik UMKM menghadapi festival belanja akhir tahun, yang diantaranya menghadirkan materi tips membangun jenama.

Yasa Singgih (Co-Founder & CEO Fortius sekaligus pemilik Men’s Republic) hadir sebagai salah satu pembicara dalam Lazada Seller Conference 2021, guna membagikan pengetahuan soal pentingnya branding dan berbagai kiat agar bisnis bisa mendapatkan cuan berkelanjutan.

Pengusaha 26 tahun yang masuk daftar Forbes 30 Under 30 Young Leaders & Entrepreneurs in Asia ini pun membagikan 6 tips untuk membangun jenama dari nol.

1. Jadilah brand yang selalu ada di benak konsumen (Top-of-Mind)

Ketika sebuah jenama selalu berada di benak konsumen, jenama akan bisa selalu diingat melalui lagu, tagline, bahkan ketika hanya membahas suatu kategori produk. Misalnya, ketika kita membicarakan mie instan, air mineral, hingga pasta gigi, kita ingat suatu jenama tertentu. Jadi, inilah kekuatan magis sebuah strategi branding yang tepat sasaran. Yasa mengatakan bahwa pemilik usaha harus memiliki mindset untuk berinvestasi dalam branding.

2. Berikan pengalaman brandingholistik

Yasa menegaskan, branding tak terjadi dengan sekonyong-konyong menghadirkan tim desain grafis. Perubahan logo hanyalah  bagian kecil dari branding. Bagi Yasa, branding adalah segala hal yang bersinggungan langsung dengan konsumen, di mana karyawan juga berkontribusi. Tim Customer Service (CS) di Men’s Republic misalnya, selalu menggunakan panggilan ‘man’ untuk semua konsumennya. Ini menjadi upaya Men’s Republic melakukan branding. Atau ketika sebuah perusahaan mendesain seragam yang keren untuk karyawannya, ini juga upaya branding. Bagi Yasa, branding tak melulu soal tagline atau logo, tapi branding adalah whole experience dalam brand yang dirasakan oleh konsumen.

3. Fokus ke tujuan brand(Why)

Brand yang kuat merupakan brand yang tidak perlu lagi menjelaskan apa yang dijual (what), atau proses dibalik pembuatannya (how). Brand yang kuat fokus kepada tujuan brand tersebut terbentuk (why). Aspek why ini tentu saja bukan tujuan membangun brand untuk mencari cuan, namun harus digali lebih lebih dalam soal dampak yang diberikan brand kepada konsumen. Bagi generasi muda saat ini, nampaknya aspek why bisa sangat menentukan keputusan pembelian.

4. Bangun relevansi dengan pasar

Menurut Yasa, kegiatan branding tak melulu harus keren dan mahal, yang penting  brand itu harus relevan dengan kebutuhan pasar. Kuncinya adalah pebisnis harus bisa mendengar dan memahami targetnya, misalnya dengan meminta feedback konsumen secara berkala agar dapat terus membuat produk yang relevan dan sesuai dengan pasar. Dalam waktu tertentu, brand juga harus terus bergerak dan berubah sesuai dengan kebutuhan pasar, sehingga dibutuhkan proses rebranding

5. Strategi branding satu kalimat