Pandemi Covid-19 yang menyerang beberapa negara di dunia termasuk Indonesia menghancurkan sendi-sendi kehidupan dan mengubah cara kerja manusia yang melibatkan dunia digital.
Sudah tidak terhitung, kerugian materaul dan nyawa melayang akibat serangan Covid-19 di Indonesia. Salah satu sektor kesehatan Rumah Sakit memegang peranan penting dalam membantu pemerintah menyelesaikan pandemi ini.
Selain itu, rumah sakit juga memiliki tantangan tersendiri untuk bertahan dan meningkatkan keuntungan selama pandemi.
"Saat ini rumah sakit harus melakukan transformasi digital untuk bertahan dan mencari untung karena banyak orang-orang yang takut ke rumah sakit selama pandemi covid-19. Tentunya ini mempengaruhi, pendapatan rumah sakit," kata Tony Seno Hartono (Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi PERSI) dalam ajang Webinar InfoKomputer TechGathering dengan tema 'Peran Digitalisasi dalam Transformasi Industri Kesehatan Indonesia) di Jakarta, Kamis (21/10).
Tony mengungkapkan saat ini ada 2900 rumah sakit di Indonesia yang terdaftar di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tetapi distribusi RS di Indonesia tidak merata karena sebagai besar ada di pulai Jawa. Pasien sakit yang berada di luar Jawa atau umumnya yang ada di Wilayah Indonesia Timur akan kesulitan untuk menemukan rumah sakit khusus untuk menangani penyakit tertentu. Solusinya, para pasien itu harus ke pulau terdekat untuk mendapatkan perawatan.
"Pendekatan teknologi bisa memudahkan dokter untuk mengobati pasien dari jarak jauh walaupun perizinan belum mengizinkannya saat ini,"ucapnya.
Tantangan RS selama Pandemi
Rumah sakit (RS) menghadapi banyak tantangan selama pandemi seperti banyak pasien yang takut ke RS. RS pun harus mememberlakukan pengamanan ekstra untuk mencegah penyebarab virus corona seperti screening, pemeriksaan suhu dsb.
Karena itu, RS melakukan banyak inovasi selama pandemi seperti pembagian RS khusus Covid-19 dan RS non Covid-19, layanan drive through, RS mendatangi pasien (homecare) dan telemedicine.
"Sebelumnya quality dan safety maka sekarang RS mengedepankan safety dan quality," ucapnya.
Tony mengatakan pandemi ini membuat masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan dan melakukan kontrol kesehatan secara berkala. Karena itu, RS harus melakukan transformasi digital untuk menghadapi perubahan dan meningkatkan pelayanan. Ada beberapa aspek transformasi digital yang harus diadopsi RS yaitu cloud computing, big data analytics, artificial intelligence (AI), Blockchain, IoT (Internet of Things), Telemedicine, Robotic dan Bio-Telemetry.
"Cloud membantu RS dapat menerapkan sistem IT yang canggih tanpa harus mengeluarkan investasi yang besar di awal. Tetap saja, data-data pasien disimpan oleh RS untuk menjamin kerahasiaan. Sedangkan, pemrosesannya di cloud," ucapnya.
Keuntungan adopsi big data analytics adalah rumah sakit dapat menganalisa data-data yang besar untuk keuntungan dan peningkatan layanan RS. Investasi big data analytics dapat ditekan jika RS sudah pindah ke cloud. Sedangkan, solusi AI dapat menganalisa kesehatan pasien seperti pasien mana yang terkena covid-19 dan tidak atau dapat memproses hasil CT-Scan atau MRI untuk memberikan informasi akurat ke dokter untuk mengambil tindakan yang tepat guna kesembuhan pasien.
Teknologi blockchain memungkinkan RS berbagi data rekam medis pasien dimana saja dengan kerahasiaan data yang terjamin. Teknologi IoT memungkin RS memonitor kesehatan pasien baik di dalam RS maupun di luar RS. Contoh, salah satu pasien menggunakan sensor IoT untuk menjaga kesehatannya termasuk jantung sehingga dokter dapat mengetahui kondisi kesehatan pasien secara berkala.
Layanan telemedicine terbukti banyak digunakan masyarakat selama pandemi untuk berkonsultasi secara jarak jauh sehingga tidak perlu mengantre dan mengurangi risiko tertular.
"Solusi teknologi saling mendukung antar cloud, big data, AI, Blockchain untuk kerahasiaan, dan IoT untuk menjangkau banyak orang," pungkasnya.