Industri pembayaran terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Dan saat ini, kita tengah memasuki revolusi industri pembayaran yang keempat.
Revolusi pertama berawal dari perkenalan kartu pembayaran. Dilanjutkan dengan revolusi kedua yang menggunakan teknologi pita magnetik dan chip.
Revolusi ketiga memperkenalkan tokenisasi dan teknologi contactless yang memungkinkan pembayaran terjadi melalui beragam perangkat dan channel pembayaran.
Di masa depan, kita akan segera memasuki revolusi keempat yang di mana pembayaran menjadi lebih canggih berkat didukung beragam teknologi baru, seperti Quantum Computing, Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan Biometrik.
“Memasuki revolusi keempat itu di mana kita namakan IoT. Dengan teknologi itu, pembayaran bisa benar-benar seemless dan invisible,” kata Riko Abdurrahman, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, dalam wawancara eksklusif dengan InfoKomputer.
“Invisible tersebut dalam arti sudah tidak ketahuan lagi, tahu-tahu transaksi sudah terbayar saja. Misalnya, kartu pembayaran bisa dengan mudah dibangun di dalam mobil Anda. Jadi, kalau Anda masuk tol, itu tahu-tahu sudah dibayar saja biaya tolnya karena kartunya sudah di dalam (tertanam) di mobil Anda. Contoh lainnya kalau Anda parkir mobil atau mengisi bensin, itu juga sudah bisa langsung terbayar karena kartu pembayarannya sudah ditanam di mobil Anda,” jelas Riko lagi.
Empat Tren yang Memengaruhi Perdagangan di Masa Depan
Dalam pemaparannya, Riko menjelaskan bahwa Visa melihat ada empat tren utama yang nantinya akan memengaruhi masa depan transaksi perdagangan di dunia.
Pertama, beragam momen perdagangan akan mengubah cara orang-orang dalam berbelanja dan membayar menjadi semakin beragam dan bebas friksi.
“Momen dari perdagangan itu sendiri dalam arti seperti saat kita bayar tiket transportasi, bayar makan di restoran, dan lainnya itu menjadi lebih mudah. Jadi momen seperti itu,” ujar Riko.
Kedua, model perbankan yang baru juga akan mengubah cara orang-orang mengakses layanan keuangan apalagi dengan semakin maraknya digital banking.
“Buka akun rekening menjadi tidak harus ke bank lagi. Bisa lewat aplikasi untuk diverifikasi dengan video call atau biometrik. Tahu-tahu akunnya sudah terbuka. Kemudian kartu debit atau kreditnya bisa langsung dikasih secara virual, sehingga nasabah bisa langsung bisa bertransaksi secara online,” papar Riko.
Ketiga, cara orang-orang mengakses kredit juga akan semakin beragam dengan semakin bertumbuhnya layanan kredit konsumen atau Peer-to-Peer Lending dari fintech (financial technology).
“Sekarang kita bisa dapatkan kredit tidak harus dari bank. Sudah banyak pinjol (pinjaman online) atau fintech yang bisa memberikan fasilitas kredit dan cara mendapatkannya sudah tidak harus ketemu lagi (tatap muka). Tinggal masuk ke aplikasi dan apply di situ,” ungkap Riko.
Tren yang terakhir, digitalisasi bisnis komersial juga akan mengubah cara pengelolaan supply chain (rantai pasok) menjadi lebih efisien dan murah.
“Yang terakhir ini di segi commercial banking atau corporate banking yang di mana selama ini bisnis komersial lebih banyak menggunakan internet banking dan mobile banking dari sebuah bank. Ke depannya, itu akan lebih banyak digitalisasi terutama di area supply chain,” ucap Riko.
Berdasarkan tren-tren tersebut, pengalaman belanja dan bertransaksi di masa depan tentunya akan semakin variatif dan canggih.
“Visa di sini memegang peranan penting dalam memfasilitasi pergerakan uang lintas channel perdagangan, lintas perangkat, lintas wilayah, dan lintas momen perdagangan,” pungkas Riko.
Baca Juga: Tujuh Tips Aman dalam Bertransaksi Digital Ala ITSEC Asia