Perusahaan transportasi ekspres FedEx Express, merilis laporan terbarunya bertajuk “E-commerce Megatrends to Watch” yang mengkaji megatren di beberapa e-commerce global terbesar.
Laporan ini menyoroti tujuh megatren yang relevan secara digital yang terjadi di Cina - pasar e-commerce terbesar di dunia - dan bagaimana hal ini akan berdampak besar pada perkembangan tren e-commerce di seluruh kawasan Asia Pasifik dan sekitarnya.
COVID-19 telah menjadi katalis untuk pertumbuhan e-commerce di seluruh dunia. Berbagai jenis bisnis ingin memanfaatkannya, dan para pelopor di bidang ini menciptakan batasan baru untuk e-commerce.
Laporan ini meneliti motivasi di balik perubahan perilaku dan sikap konsumen saat ini serta mengungkapkan tren yang harus dipertimbangkan oleh entitas bisnis saat memetakan strategi e-commerce jangka panjang.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika (AMEA) akan menjadi yang terdepan dalam pertumbuhan e-commerce pada tahun-tahun yang akan datang. Walaupun pendapatan dan daya beli sudah masyarakat meningkat, penetrasi internet yang terus tumbuh, dan berkembangnya pasar e-commerce lintas batas, namun ada sejumlah pertumbuhan besar yang belum terealisasikan di kawasan ini,” kata Kawal Preet, presiden Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika (AMEA) di FedEx Express.
“Logistik adalah tulang punggung ekosistem e-commerce. Aktivitas semudah ‘klik untuk membeli’ harus diimbangi dengan kecepatan dan kenyamanan pengiriman. Kami terus membangun jaringan yang kuat dengan menawarkan solusi rantai pasokan yang cerdas serta layanan pengiriman yang sangat personal untuk membantu bisnis membuka peluang baru seiring kemajuan e-commerce,” jelas Preet lagi.
E-commerce diperkirakan akan tumbuh rata-rata 47% dalam lima tahun ke depan secara global. Pasar Asia memimpin dengan 51%, diikuti oleh Eropa (42%) dan Amerika Utara (35%).
Di Timur Tengah dan Afrika, nilai pasar e-commerce gabungan diperkirakan akan mencapai $73 miliar pada tahun 2025.
Namun, pertumbuhan e-commerce, khususnya di Tiongkok, telah melampaui wilayah Asia lainnya, dengan penjualan e-commerce pada tahun 2020 yang mencapai $1,3 triliun dengan proyeksi peningkatan menjadi hampir $2 triliun pada tahun 2025.
Prospek yang menjanjikan ini juga menciptakan peluang besar bagi perusahaan logistik untuk tumbuh. Pasar Logistik E-Commerce global diproyeksikan mencatat kenaikan tertinggi sekitar 6,6% dari tahun-ke-tahun selama 2021-2028, mencapai $118.847 juta pada tahun 20284
Beberapa peluang terbesar yang muncul dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman Pelanggan yang Terdefinisikan Ulang
Laporan ini mengungkapkan beberapa megatren seputar penggabungan antara smart city dengan smart homes, konsumen yang saling terhubung, pemasaran yang berpengalaman, dan pengalaman berbelanja yang baru, membuat belanja tidak lagi terbatas antara online dan offline.
Di Tiongkok, Amerika Utara, dan Eropa di mana infrastruktur digital dan solusi teknologi yang kuat berada dalam tahap terintegrasi, konsumen mencari pengalaman ritel yang canggih melalui penawaran berbalut teknologi seperti Cloud Shelf, dan cermin Augmented Reality (AR) di toko offline, atau tur hotel dengan konsep virtual reality (VR), atau pengalaman pembelian streaming secara langsung di perangkat seluler.
Dengan jaringan 5G yang tumbuh pesat, bisnis dapat memanfaatkan kekuatan teknologi baru seperti Near Field Communications, Artificial Intelligence, bot untuk menyediakan layanan yang sangat digital dan personal, menghadirkan pengalaman pelanggan yang makin terhubung dan lebih dari sekedar ritel.
Sejalan dengan tren yang berkembang ini, industri logistik juga bekerja untuk menyediakan analitik yang lebih canggih kepada pelanggan.
Misalnya: FedEx Surround mengumpulkan dan menggabungkan data yang relevan tentang paket — dan negara-negara yang dilalui oleh paket — untuk memberi lebih banyak visibilitas, prediktif, dan peluang untuk intervensi proaktif.
2. Menjangkau yang Belum Terjangkau
Megatren lain adalah adanya Pergeseran batas pasar. Sebagaimana beberapa area di dunia menjadi lahan pertanian, kelebihan jumlah penduduk, atau sebaliknya telah mencapai potensi maksimumnya, peluang di kota-kota tingkat-2 dan daerah pedesaan pun muncul untuk dijelajahi.
Pengecer konvensional dan pelaku bisnis kecil (seperti toko kecil) saat ini pun terhubung dengan pelanggan melalui platform e-commerce business-to-business (B2B) dan menjual produk secara online baik di dalam negeri maupun internasional.
Memanfaatkan infrastruktur digital dan transportasi yang canggih, bersama dengan meningkatnya kelas menengah di kota-kota tingkat-2, Tiongkok APAC, dan Timur Tengah mempelopori kebangkitan ritel konvensional dan toko-toko kecil melalui perdagangan digital.
Persaingan di wilayah yang belum dimanfaatkan ini kemungkinan akan meningkat di tahun-tahun mendatang.
Logistik lintas batas, jangkauan jaringan yang lebih luas, dan kemudahan konektivitas akan mendukung peningkatan penetrasi e-commerce, dan pemenangnya adalah mereka yang bergerak lebih dulu dan membangun jangkauan yang luas dan kuat di seluruh pelanggan.
3. “Membeli” Kenyamanan
Sharing economy dan buying time (waktu membeli) adalah dua megatren lain yang menjadi perhatian, seiring meningkatnya urbanisasi, infrastruktur digital yang maju, dan perubahan sikap konsumen terhadap 'kepemilikan' terus mendorong pertumbuhan sharing economy, sesuatu yang akan menjadi segmen global senilai $335 miliar pada tahun 2025.
Amerika Utara dan Eropa saat ini memimpin. Namun, di Tiongkok, diperkirakan lebih dari setengah penduduknya ikut serta di dalamnya.
Kenyamanan adalah faktor utama yang mendorong para pelaku bisnis untuk berkolaborasi dan berinovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Mulai dari berbagi mobil dan menyewa apartemen bersama hingga membeli secara berkelompok, permintaan konsumen akan layanan bersama mendorong inovasi yang inovatif.
Di antaranya, e-commerce telah menjadi penghemat waktu yang penting bagi konsumen, memberikan kepuasan hanya dengan satu klik.
Pada saat yang sama, dengan meningkatnya pendapatan konsumen yang dapat dibelanjakan, permintaan untuk layanan hidup sesuai permintaan akan meningkat. Secara global, 48% konsumen bersedia mengeluarkan uang untuk menghemat waktu.
Bisnis di Amerika Utara dan Eropa berada di garis depan dalam mendefinisikan masa depan ekonomi untuk layanan berdasarkan permintaan ini, karena banyak yang melihat potensi besar untuk menumbuhkan pendapatan melalui pengiriman secara langsung di depan pintu.
Baca Juga: Pos Indonesia Gandeng JD.ID, Tawarkan Layanan Kurir, Logistik & Sistem Pembayaran
Salil Chari, wakil presiden senior Pemasaran & Pengalaman Pelanggan, Asia Pasifik, Timur Tengah & Afrika (AMEA) di FedEx Express, mengungkapkan “Kita hidup di masa yang sangat menarik di mana teknologi terbaru membentuk perilaku manusia, mengantarkan gelombang revolusi e-commerce berikutnya. Melalui konektivitas yang telah ditingkatkan, layanan yang sesuai permintaan, dan sharing economy, era baru e-commerce telah hadir – membuka peluang baru bahkan bagi bisnis terkecil untuk bersaing di panggung global.”
“Namun, untuk menang, bisnis harus terus memikirkan kembali dan menemukan kembali bagaimana dan di mana mereka terlibat dengan konsumen. Laporan ini penting karena menandakan di mana peluang-peluang ini berada,” tambah Salil.
Masa depan e-commerce ada di sini. Bagi para pemain logistik, megatren ini memberikan peta jalan yang jelas tentang arah industri – dan memiliki konsep digital-first berbasis inovasi pada ekosistem e-commerce- yang mampu mengurangi tantangan pengiriman dan mengoptimalkan efisiensi operasional, adalah suatu keharusan.
FedEx telah membuat beberapa langkah, membentuk kolaborasi strategis dengan pemain e-commerce dan perusahaan teknologi terkemuka untuk memodernisasi rantai pasokannya. Tetapi dengan teknologi baru seperti big data robotika, dan AI, FedEx akan menawarkan lebih banyak terobosan di masa yang akan datang.
Baca Juga: Sistem Digital Akan Jadi Masa Depan Ekosistem Industri Kesehatan dan Logistik, Seperti Apa?