Find Us On Social Media :

IBM: Dua Teknologi Ini Jadi Pendorong Optimalisasi Bisnis di Indonesia

By Liana Threestayanti, Rabu, 15 Desember 2021 | 10:00 WIB

Ilustrasi IBM

Data merupakan kunci dalam transformasi digital. Sementara IBM Security mengungkapkan bahwa perusahaan yang disurvei mengalami kerugian rata-rata USD4,24 juta (sekitar Rp60,6 miliar) per insiden.

Sementara tantangan dalam menjaga keamanan data di lingkungan hybrid cloud adalah kompleksitas arsitektur keamanan itu sendiri karena perusahaan besar sering kali menggunakan 50-100 alat keamanan yang berbeda dari berbagai vendor yang berbeda pula. Semakin kompleks arsitektur keamanan, semakin banyak titik kelemahan atau blind spot bagi tim keamanan yang ada. 

Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya berbagai kesalahan, seperti pengaturan yang salah dikonfigurasi, ancaman yang terlewatkan, dan peningkatan waktu untuk mendeteksi dan merespons. X-Force menemukan bahwa kesalahan konfigurasi adalah penyebab dua dari tiga insiden keamanan di lingkungan cloud yang diteliti tim IBM. Sementara tinjauan global tahunan tentang insiden siber menggambarkan bahwa mengeksploitasi kerentanan yang unpatched adalah cara paling umum yang dilakukan penjahat siber untuk membobol organisasi.

Salah satu cara yang disarankan IBM bagi organisasi untuk dapat beradaptasi dengan pergeseran lanskap keamanan adalah beralih ke pendekatan ‘zero-trust’. Pendekatan ini mengimplementasikan AI dan analitik untuk memvalidasi koneksi antara pengguna, data, dan sumber daya sehingga menemukan potensi ancaman.

Menyiapkan Tenaga Kerja Masa Depan

Kontribusi AI pada ekonomi global pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai sekitar US$15,7 triliun. Untuk itu IBM menyarankan perusahaan Indonesia untuk fokus pada penciptaan tenaga kerja ‘baru’ yang dilengkapi dengan keterampilan di bidang cloud, AI, dan teknologi baru lainnya. 

Menurut Cin Cin Go, hambatan utama bagi perusahaan di Indonesia adalah keahlian di bidang AI dan keterampilan ilmu data yang masih terbatas sedangkan kompleksitas data terus meningkat.

“Kami percaya bahwa teknologi seperti AI akan melengkapi pekerjaan manusia, bukan menggantikannya. Inilah sebabnya mengapa setiap pekerja di Indonesia perlu mempersiapkan keterampilan teknis dan keterampilan untuk solusi teknologi. Pekerjaan masa depan akan diisi oleh apa yang kami sebut ‘new collar workers'," tegasnya.

Dalam kaitannya dengan talenta digital ini, IBM terus berkomitmen untuk memberikan keterampilan baru bagi 30 juta orang pada tahun 2030. Di Indonesia, IBM mendukung agenda transformasi digital nasional dengan bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dalam program Digital Talent Scholarship (DTS). Dalam kolaborasi tersebut, IBM berbagi wawasan tentang Data Science dan Machine Learning melalui platform IBM Skills Academy. IBM juga bekerja sama dengan Dicoding dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengenai machine learning.