Find Us On Social Media :

Kasus Obat Palsu Marak, Industri Farmasi Terapkan Teknologi Ini

By Liana Threestayanti, Jumat, 17 Desember 2021 | 13:00 WIB

Ilustrasi industri farmasi

Industri farmasi berperan penting, apalagi di tengah pandemi. Namun menurut hasil studi Zebra Technologies Corporation (Zebra), industri farmasi justru mengalami krisis kepercayaan. 

Pandemi COVID-19 tak pelak meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan. Bertambahnya permintaan dan kebutuhan masyarakat terhadap obat-obatan di masa pandemi turut mendorong pertumbuhan sektor industri farmasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor farmasi mampu tumbuh di tengah pandemi. Di kuartal ke-3 2020, industri farmasi di Indonesia mengalami pertumbuhan 14 persen. 

Kebutuhan Pasien, Tantangan Industri

Namun tingginya permintaan ini justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengedarkan produk-produk farmasi, seperti obat-obatan, vitamin, dan suplemen palsu, terutama secara online. Tak mengherankan jika kepercayaan masyarakat pun menurun.

Hal ini pun ternyata menjadi tren global. Studi terbaru Zebra yang berjudul “Pharmaceutical Supply Chain Vision Study” mengungkapkan, hanya 39% pasien dan 44% pengambil keputusan di industri farmasi yang menaruh kepercayaan penuh terhadap entitas supply chain di industri farmasi. 

Padahal, akibat pandemi, 81 persen pasien lebih ingin tahu tentang mengenai bagaimana obat-obatan diproduksi, ditangani, disimpan, dan didistribusikan. Pasien cemas pada obat yang tidak ditangani atau disimpan dengan benar selama masa transit dan kemungkinan obat itu mengalami kerusakan atau keampuhannya (efikasi) hilang.

Keingintahuan pasien menjadi lebih tinggi karena 69 persen mengkhawatirkan salah dosis akibat label yang salah. Sebanyak 73 persen mengkhawatirkan kelangkaan obat dan 76 persen pasien menaruh keprihatinan pada biaya.

Lantas, apa tantangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di rantai pasok farmasi? Menurut studi Zebra, para pengambil keputusan di industri farmasi mengatakan, keaslian, ketersediaan, dan quality assurance dari obat-obatan merupakan tantangan saat ini yang harus mereka hadapi. Hal ini akibat persoalan regulasi, keterbatasan produksi, isu distribusi dan penyimpanan, kendala pada kapasitas shipping, dan keterlambatan distribusi. 

“Meskipun pemenuhan standar regulasi adalah fokus para pemimpin industri farmasi, perubahan demand pasien ini menunjukkan bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan,” ucap Christanto Suryadarma, Southeast Asia (SEA) Sales Vice President, Zebra Technologies Asia Pacific.

Tingkatkan Kemampuan Tracking dan Tracing.

Menjawab tantangan ini, perusahaan menyadari pentingnya untuk berinvestasi pada teknologi, terutama yang meningkatkan visibilitas. Sebanyak 96 persen pengambil keputusan sepakat bahwa visibilitas supply chain akan memberikan keunggulan kompetitif bagi bisnis.  

“Sangat penting bagi industri farmasi di Asia Pasifik untuk memastikan ada peningkatan dalam traceability dan transparansi di seluruh supply chain,” ujar Aik Jin Tan, Vertical Solutions Lead, Zebra Technologies Asia Pacific.