Di era yang serba internet seperti sekarang, serangan siber menjadi momok tersendiri bagi pengguna internet, baik itu pengguna perorangan atau intansi resmi sekalipun.
Di Indonesia, kasus peretasan juga layaknya sebuah tradisi yang terus berulang. Tahun ini, setidaknya, ada delapan kasus peretasan yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2021.
Kasus peretasan ini dialami oleh lembaga pemerintah maupun perusahaan swasta. Beberapa dari kasus tersebut hanya berupa serangan deface alias mengubah tampilan halaman web milik target.
Namun, ada pula kasus peretasan yang akhirnya berujung pada kebocoran data masyarakat Indonesia.
Berikut 8 kasus peretasan yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2021.
1. Kasus BPJS Kesehatan (Mei 2021)
Pada akhir Mei, situs milik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, yakni bpjs-kesehatan.go.id diduga diretas. Buntutnya, data milik 279 juta penduduk Indonesia diduga bocor dan dijual di forum online bernama Raid Forums.
Data yang dijual seharga harga 0,15 bitcoin (sekitar Rp 84,4 juta, kurs 20 Mei 2021) tersebut berisi NIK, nomor ponsel, e-mail, alamat, hingga gaji. Menurut pendalaman yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), disimpulkan bahwa sampel dataset tersebut diduga kuat identik dengan data milik BPJS Kesehatan.
Kominfo pun akhirnya mengajukan pemutusan akses terhadap tautan (link) untuk mengunduh data pribadi tersebut, termasuk memblokir Raid Forums sebagai langkah antisipatif mencegah penyebaran data yang lebih luas.
Terkait dugaan kebocoran data ini, BPJS Kesehatan, Kominfo, dan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), sempat disebut akan digugat lewat Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) oleh tim Periksa Data.
Salah satu tuntutan dalam gugatan tersebut adalah penggugat (tim Periksa Data) mendorong dilakukannya assessment (penilaian) terhadap dampak kebocoran data dan menyampaikannya ke publik.
2. Kasus Asuransi BRI Life (Juli 2021)