Find Us On Social Media :

Kabupaten Probolinggo: Seruni Point Gunung Bromo, Indah dan Kaya Sejarah

By Administrator, Selasa, 28 Desember 2021 | 15:30 WIB

Seruni Point yang berada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Hamparan lautan pasir menyapa kami kala menginjakkan kaki di puncak Seruni Point, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Di puncak ini, Gunung Bromo beserta keindahan alam yang ada di sekelilingnya dapat terlihat jelas dan sangat memanjakan mata bagi siapapun yang memandangnya. 

Puncak yang berada di ketinggian 2.436 mdpl ini memang menjadi salah satu spot terbaik untuk menikmati Kawasan Bromo-Tengger-Semeru. Terutama bagi para pelancong yang ingin melihat sunrise dan berswafoto dengan latar belakang Gunung Bromo.

Perjalanan menuju puncak Seruni Point pun bisa dibilang sedikit memacu adrenalin. Bagaimana tidak, para wisatawan harus berjalan sepanjang 2 kilometer di lereng bukit yang memiliki kemiringan hingga 30 derajat dari tempat parkir kendaraan.

Kemudian, tantangan berlanjut dengan menaiki 256 anak tangga yang sekaligus menjadi ujian terakhir sebelum mencapai puncak Seruni Point. Di sini, bagi wisatawan yang sudah merasa lelah, pengelola menyediakan bordes atau sebidang lantai datar sebanyak tujuh buah guna menjadi tempat persinggahan sebelum melanjutkan ke anak tangga berikutnya

Bekas Jalur Pendakian

Suyono, Sesepuh Desa Ngadisari mengatakan, dulunya Seruni Point merupakan perbukitan yang sangat terjal. Bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan Gunung Bromo dari bukit ini, wajib memiliki peralatan pendakian dan fisik yang prima.

“Sejak dahulu bukit ini memang menjadi tempat favorit para pecinta alam untuk melakukan kegiatan berkemah. Saya tidak tahu persisnya dimulai kapan, yang jelas pada 1976 ketika saya mulai menjadi pemandu untuk membantu Bapak saya, bukit ini sudah ramai dikunjungi,” ujarnya saat ditemui di ladang bawang miliknya.

Alhasil, seiring ramainya wisatawan yang memadati perbukitan ini, Suyono berinisiatif untuk membuatkan jalur pendakian yang lebih mudah. Waktu itu, ia bekerja sama dengan perangkat desa setempat untuk membuka lahan dan mencari jalur terbaik untuk mendaki perbukitan ini. 

Petilasan Ki Tanjang

Suyono bercerita, bukit yang memiliki nama asli Bukit Kedaluh ini dulunya merupakan tempat bersemedi bagi Ki Tanjang, seorang yang sakti mandraguna di Desa Ngadisari. Dahulu, Ki Tanjang memang kerap bertapa di salah satu gua di atas Bukit Kedaluh dan memutuskan melakukan moksa di bukit ini. 

"Pada 1986, ketika proses pembukaan lahan tengah gencar-gencarnya, kami digegerkan dengan adanya batu besar yang tidak bisa dipindahkan. Ternyata, usut punya usut, batu besar tersebut merupakan batu bekas petilasan Ki Tanjang kala melakukan moksa," ungkap Suyono dengan raut wajah terheran-heran. 

Padahal segala cara sudah diupayakan, seperti mencoba meledakkannya dengan dinamit, menghancurkan batu tersebut dengan alat berat, hingga digeser menggunakan tenaga manusia. Namun, semua itu nihil tak berhasil. 

Akhirnya, bongkahan batu besar bekas petilasan Ki Tanjang ini dibiarkan tetap berada di sana. Letaknya dapat dilihat di sisi kanan puncak Seruni Point atau persisnya berada di sebelah kiri tangga menuju puncak Bukit Kedaluh.