Find Us On Social Media :

Ini Daftar 50 Startup Calon Unicorn Healthtech , Dua dari Indonesia

By Liana Threestayanti, Senin, 3 Januari 2022 | 16:00 WIB

Daftar 50 startup calon unicorn di bidang healthtech.

GlobalData merilis daftar 50 startup di bidang teknologi kesehatan (healthtech) yang berpotensi menjadi unicorn di tahun 2022. Ada dua startup asal Indonesia di daftar tersebut. Siapa mereka?

Startup di bidang healthtech terus memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang saat ini untuk meningkatkan efisiensi, pengalaman pelanggan, dan berupaya tetap kompetitif. Menurut Unicorn Prediction Model dari GlobalData, ada 50 startup healthtech yang berpotensi menjadi unicorn (atau memiliki valuasi lebih dari US$1 milar).

“Mulai dari geonomik hingga obat-obatan yang presisi dan terpersonalisasi, atau dari terapi digital hingga perawatan kesehatan terkoordinasi, startup ingin mendisrupsi sektor kesehatan dengan memanfaatkan teknologi-teknologi baru dan fokus para investor juga tetap tinggi terhadap perawatan kesehatan berbasis teknologi,” jelas Apoorva Bajaj, Practice Head of Financial Markets, GlobalData.

Menurut Apoorva, pandemi COVID-19 benar-benar memicu terjadinya disrupsi yang masif di industri kesehatan. Sejumlah pelaku bisnis kesehatan harus mengimplementasikan teknologi-teknologi terbaru untuk memastikan bisnis bisa terus berjalan. “Peluang-peluang baru akan bermunculan di bidang kesehatan di seluruh dunia, yang merupakan sebuah pertanda baik bagi startup,” komentarnya. 

Laporan terbaru GlobalData, ‘Future Unicorns in Healthtech’, mengungkapkan bahwa di kuartal ke-3 tahun 2021, bidang healthtech menerima investasi lebih dari US$9,5 miliar yang mencakup 274 kesepakatan/deal secara global. Selama periode tersebut, volume kesepakatan venture capital terbesar berlangsung di kawasan Amerika Utara (terutama AS), yaitu sebesar hampir 60% dari keseluruhan volume secara global. Di posisi kedua ada Asia Pasifik dengan hampir seperempat dari total investasi.

Beberapa startup healthtech yang diprediksi GlobalData berpotensi menjadi unicorn, seperti HumanAPI Inc, Eden Health, Univercells Technologies, Synthego, dan Earlens.

HumanAPI Inc mengumpulkan dan menyimpan data yang diambil dari beberapa sensor, perangkat seluler, dan sumber data lainnya (seperti darah dan data genetik). Dengan menggunakan proses end-user HumanAPI, konsumen dapat berbagi data kesehatan mereka dengan aplikasi atau sistem apa pun, terlepas dari cara data itu direkam, diproses, atau disimpan.

Sedangkan Eden Health adalah perusahaan di bidang perawatan kesehatan primer, telemedisin 24/7, dan perusahaan “navigasi” asuransi yang membantu mengarahkan karyawan di lanskap kesehatan yang rumit saat ini, di bidang asuransi, perawatan primer, dan perawatan kesehatan mental untuk membuat keputusan yang cerdas, terinformasi dengan baik, dan sadar biaya.

Univercells Technologies mendesain solusi biologis untuk penyedia layanan kesehatan. Perusahaan ini bertujuan memproduksi antibodi/protein/vaksin dengan biaya rendah, dan didasarkan pada teknologi sekali pakai, dan mengkoneksikan tiga langkah manufaktur ke dalam kultur sel mode berkelanjutan tersimulasi di bawah perfusi, klarifikasi, dan penangkapan.

Synthego merupakan perusahaan rekayasa genome yang  menawarkan solusi RNA sintetis untuk rekayasa CRISPR genome. Perusahaan memanfaatkan machine learning, automasi, dan gene editing dalam rangka memajukan baik program riset dasar maupun pengembangan terapeutik. 

Startup berikutnya adalah Earlens, sebuah perusahaan peralatan medis yang mengembangkan solusi untuk pendengaran. Solusi ini khusus dirancang untuk mengubah standar perawatan terhadap pasien dengan masalah pendengaran. Earlens mengeklaim telah mengembangkan solusi pertama di dunia yang mengantarkan suara langsung ke gendang telinga atau solusi Earlens Contact Hearing. 

Nah yang menarik, ada dua nama startup asal Indonesia di daftar ini, yaitu Halodoc dan Alodokter. Kedua platform layanan kesehatan ini berada di kategori Connected Care dan Mobile Health. Di tahun 2021, Halodoc memperoleh pendanaan seri C sebesar Rp1,1 triliun dari Astra International, Temasek, Telkomsel dan beberapa perusahaan lainnya.