Sementara, Dolby Atmos adalah teknologi untuk suara surround. Bila Anda pernah mendengar akan tata suara surround 5.1 maupun tata suara surround 7.1, Dolby Atmos bisa dibilang seperti itu. Namun, Dolby Atmos antara lain menambahkan kanal ketinggian dan menggunakan konsep Object audio. Hadirnya kanal ketinggan membuat tata suara surround dengan Dolby Atmos memiliki digit tambahan untuk menunjukkan konfigurasinya. Contohnya adalah 5.1.2 dan 5.1.4; digit ketiga menunjukkan jumlah kanal ketinggian, yakni 2 dan 4. Dolby Atmos sendiri mendukung sampai 24.1.10.
Penambahan kanal ketinggian membuat Dolby Atmos mampu menghadirkan suara yang lebih melingkupi secara tiga dimensi; tidak hanya sumbu X dan Y melainkan juga sumbu Z. Adapun Object audio diklaim Dolby membuat Dolby Atmos bisa mereproduksi suara secara lebih akurat untuk beragam konfigurasi kanal dan speaker dibandingkan tata suara surround yang hanya berbasiskan kanal. Alhasil, Dolby Atmos bisa menghadirkan suara yang lebih menyerupai asilnya dibandingkan tata suara surround lain pada umumnya. Dolby Atmos bisa memberikan pengalaman yang lebih immersive dibandingkan tata suara surround kebanyakan.
Object audio bisa dibilang membolehkan Dolby Atmos untuk "memetakan" suatu suara sebagai objek plus metadata dan bukannya ke kanal tertentu. Objek plus metadata tersebut tidak hanya mengandung suara yang dimaksud melainkan juga informasi pendukungnya seperti posisi, ukuran, dan panning. Nantinya, ketika diputar/dimainkan kembali alias playback, tata suara surround dengan Dolby Atmos akan memutar kembali suara tersebut dengan konfigurasi yang dinilainya terbaik berdasarkan informasi pendukung tadi plus konfigurasi kanal dan speaker yang digunakan; tata suara surround dengan Dolby Atmos akan menentukan kanal apa saja yang dipakai dan bagaimana. Adapun tata suara surround yang hanya berbasiskan kanal, karena sudah dipetakan ke kanal, tata suara surround itu akan memutar kembali suara bersangkutan dengan konfigurasi yang bisa dibilang fixed.
Meski sama-sama merupakan tata suara surround 7.1 misalnya, tata suara surround yang digunakan di suatu rumah belum tentu memiliki kumpulan speaker yang kombinasi letak dan jaraknya sama persis dengan tata suara surround yang digunakan di rumah yang lain. Dengan Object audio yang digunakan Dolby Atmos, masing-masing tata suara surround 7.1 tersebut bisa memutar kembali suara yang dimaksud dengan konfigurasi yang optimal untuknya. Bila dengan yang hanya berbasiskan kanal, keduanya akan memutar kembali suara itu dengan konfigurasi yang relatif sama sehingga belum tentu optimal.
Dari Ujung ke Ujung
Dolby pun menambahkan bahwa untuk menikmati Dolby Vision dan Dolby Atmos di rumah maupun tempat lain yang sejenis perlu dipastikan bahwa ekosistem yang digunakan mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos dari ujung ke ujung. Secara garis besar; Anda harus memastikan konten yang dinikmati menggunakan Dolby Vision dan Dolby Atmos, kanal distribusi yang dipakai mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos, serta perangkat konsumsi yang dimanfaatkan mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos. Ambil contoh menonton film di smart TV masa kini yang cukup lazim dilakukan secara streaming; Anda harus memastikan film yang ditonton menggunakan Dolby Vision dan Dolby Atmos, layanan streaming yang dipakai mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos, dan smart TV yang dimanfaatkan mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos.
"Anda memiliki perangkat terbaik, baik itu TV Anda maupun smartphone, lalu Anda mendapatkan layanan yang tepat, konten yang tepat dalam teknologi-teknologi kami, di sanalah Anda akan beroleh pengalaman terbaik," sebut Ashim Mathur (Senior Regional Director, Japan and Emerging Markets, Dolby Laboratories).
Dolby menyebutkan bahwa di Indonesia beberapa layanan streaming yang telah mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos seperti Netflix, Amazon Prime Video, dan Disney+ Hotstar. Sementara, beberapa merek TV yang telah mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos seperti LG, Panasonic, dan Sony.