Find Us On Social Media :

Mobile Payment, pendorong utama Cashless Society di Asia Pasifik

By Administrator, Rabu, 2 Mei 2018 | 19:25 WIB

Mobile payment di Indonesia

Penulis: Mei Lee Quah (Digital Transformation Practice, Frost & Sullivan)

Artikel ini adalah sumbangan dari komunitas InfoKomputer. Jika tertarik membagikan pengetahuan Anda kepada audince InfoKomputer, kirimkan artikel Anda ke redaksi[at]infokomputer.com

Asia Pasifik adalah kawasan yang penetrasi ponsel pintarnya tertinggi di dunia. Hal ini ternyata berpengaruh langsung terhadap kebijakan pemerintah lokal untuk memajukan dan melahirkan masyarakat nir-kas (cashless society), utamanya bagi pasar pembayaran bergerak (mobile payments) di kawasan ini. 

Negara-negara maju dan berpendapatan tinggi, seperti Singapura, Korea Selatan, dan Australia memimpin proses transformasi ini. Tekanan peraturan serta pertumbuhan infrastruktur yang cepat dari negara tersebut turut memberikan dampak positif kepada negara berkembang, seperti Malaysia, Indonesia, dan China. Dengan itu, negara-negara tersebut berpeluang untuk menyejajarkan diri dengan negara-negara dengan pendapatan tinggi.  

Semua tentang Ponsel Pintar

Metode nir-kas (cashless) dipandang sebagai katalis bagi pasar pembayaran bergerak; baik di pasar di mana penggunaan kartu mulai bertransisi secara bertahap kepada penggunaan pembayaran bergerak, maupun di pasar yang para konsumennya “melompat” dari pembayaran tunai ke pembayaran bergerak. Kedua hal ini didorong oleh pertumbuhan penetrasi penggunaan ponsel pintar di wilayah ini.

Idealnya, kehidupan masyarakat nir-kas (cashless society) berpusat pada ekosistem yang hanya menggunakan metode e-payment, seperti e-money, dan kartu debit/kredit secara eksklusif. Namun untuk dapat sampai ke sana, pembayaran bergerak harus dapat menjadi faktor pendorong utama. Hal ini berarti pembayaran bergerak harus tersedia di mana-mana, menggunakan solusi online dan berbasis aplikasi berbiaya rendah di wilayah di mana ponsel pintar jamak ditemui.

Pembayaran bergerak telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari penerimaan pembayaran, seperti micropayment, layanan keuangan, dan ritel, pengusaha melihat telpon selular (ponsel) sebagai alat pembayaran masa depan. Alokasi dana R&D untuk mengembangkan konsep-konsep, seperti Amazon Go, konsep in-vehicle payments untuk pembayaran parkir dan bahan bakar yang diciptakan Honda bersama Visa, serta robot pelayan dari Pepper, yang dikembangkan Softbank bersama MasterCard, mulai dilakukan. Bersamaan dengan bertambahnya tekanan dari sisi biaya, ekosistem keuangan, yang terdiri atas bank, penyedia layanan, dan penjual lambat lalun akan beralih untuk mendukung pembayaran bergerak.

Statistik Mobile Payment di Asia Pasifik

Pasar pembayaran bergerak di Asia Pasifik saat ini dipimpin oleh Jepang, Korea Selatan, Australia, Singapura, dan Tiongkok. Dorongan kebijakan untuk penciptaan masyarakat nir-kas di seluruh Asia Pasifik akan membantu pasar mobile payment senilai US$71.9 miliar (total pembayaran bergerak tidak termasuk China dan India) untuk tumbuh dan mencapai angka US$271.5 miliar pada tahun 2021, dan jumlah konsumen aktif meningkat dua kali lipat, mencapai 130 juta pengguna.

Pasar mobile payment di Tiongkok saja akan tumbuh mencapai USD$1.4 triliun pada tahun 2021.  Dorongan regulasi, standardisasi, ketersediaan infrastruktur pembayaran yang tersedia di mana-mana dan solusi pembayaran komprehensif, serta perilaku konsumen lokal, berperan dalam menentukan kecepatan transisi sebuah negara untuk mencapai nir-kas sepenuhnya.  

Di Indonesia, Frost & Sullivan memprediksi pertumbuhan signifikan bagi keuntungan pasar sampai dengan enam kali lipat untuk pembayaran bergerak. Keuntungan total pada tahun 2015 adalah sebesar US$0,57 miliar dan akan berkembang mencapai US$3.01 miliar pada tahun 2021. Jumlah pengguna aktif juga diprediksi akan bertambah dari 6,1 juta pengguna pada tahun 2015 menjadi lebih dari 20,8 juta pengguna pada tahun 2021.