Ia menambahkan bahwa HTC belum berencana untuk sepenuhnya berhenti dari industri ponsel pintar.
Kendati begitu, Yves tidak memberikan penjelasan secara rinci tentang strategi yang diambil, untuk mulai kembali memproduksi ponsel premium.
HTC sendiri saat ini membukukan kerugian selama lima kuartal berturut-turut. Pada kuartal kedua (Q2) 2019 pun HTC masih tercatat mengalami kerugian finansial. Bisnis smartphone HTC tercatat mulai memburuk sejak tahun 2011 lalu.
Pada saat itu, HTC masih berstatus sebagai vendor ponsel terbesar di Amerika Serikat, mengalahkan Samsung dan Apple.
Namun bangkitnya vendor-vendor asal China seperti Huawei dan ZTE, serta meningkatnya persaingan antara Apple dan Samsung membuat HTC harus bertekuk lutut pada 2012.
Google mengambil alih sebanyak 2.000 insinyur dan staff dari HTC untuk merancang dan membuat ponsel Pixel. Sejak saat itu pula, HTC mulai mencoba meluncurkan ponsel yang fokus kepada blockchain.
Namun dengan segala macam strategi yang diterapkan, termasuk dengan menjual brand HTC kepada InOne, angka penjualan smartphone HTC tetap merosot. Bahkan brand ini tidak masuk dalam 10 besar vendor dengan pangsa pasar terbesar di dunia.
"HTC melakukan kesalahan dalam hal pengaturan waktu. Ini adalah kesalahan yang sulit untuk dibayar, tetapi kami masih memiliki begitu banyak aset dalam untuk berinovasi, tim dan neraca, sehingga saya merasa kami sedang pulih dari kesalahan ini," pungkas Yves.