Cara bekerja secara hybrid saat ini memang masih memiliki ruang untuk berkembang. Namun, bisnis dan industri harus mulai menyadari bahwa cara ini tidak lagi hanya sebatas tren belaka.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang memilih untuk bekerja secara hybrid, akan sangat sulit bagi metode ini untuk hilang sepenuhnya.
Sebaliknya, baik perusahaan maupun industri harus mulai beradaptasi sehingga mampu memaksimalkan potensi karyawan mereka di waktu yang akan datang.
Meski begitu, bekerja secara hybrid tidak selamanya menawarkan hal-hal yang baik saja. Lingkungan kerja baru ini juga membawa tantangan baru bagi pekerja dan perusahaan.
Aktivitas kerja kini tidak terjadi di kantor fisik dan bisa bertempat di dapur atau ruang tamu di rumah kita.
Batasan yang kabur antara waktu pribadi dan kerja menjadi tantangan yang harus dihadapi banyak pekerja. Alhasil, kesehatan mental kini banyak dibicarakan dan tidak dapat diabaikan lagi.
Perusahaan harus beradaptasi dan mengkaji kembali kebijakan, praktik kerja karyawan dan lingkungan kerja mereka untuk mendukung karyawan mereka, serta menarik dan mempertahankan talenta baru dengan standar terkini.
Meeting yang dilakukan terus-menerus menjadi tantangan selanjutnya, kegiatan yang membuat banyak pekerja merasa bahwa mereka bekerja jauh lebih lama di era hybrid saat ini dibanding era sebelumnya.
Banyak orang juga merasa kurang akrab dengan rekan-rekan mereka dan khawatir bahwa hal tersebut akan memengaruhi peluang karir mereka ketika mereka jarang berada di kantor secara fisik.
Memanfaatkan Teknologi untuk Mewujudkan Pengalaman Kerja yang Setara dan Inklusif
Bayu Eko Susetio, Video Collaboration Lead Logitech Indonesia, mengatakan bahwa kolaborasi menjadi tantangan di era hybrid working.
Perusahaan-perusahaan teknologi di dunia tengah mendorong solusi inovatif terbaik bagi perusaahan yang mengadopsi lingkungan kerja daring dan tatap muka.