Find Us On Social Media :

Startup Atma Berhasil Raih Lebih dari US$5 Juta dalam Pre-seed Funding

By Rafki Fachrizal, Senin, 9 Mei 2022 | 13:30 WIB

Para Pendiri Startup Atma (Kiri-kanan: Tim Young; Susan Suhargo; Edy Tan; Chris Gunawan)

Startup pengembang platform sosial pencarian kerja berbasis komunitas, Atma, mengumumkan telah berhasil meraih lebih dari US$5 juta dalam putaran pendanaan tahap awal (pre-seed funding) yang dipimpin oleh AC Ventures, dengan partisipasi dari Global Founders Capital.

Beberapa pendiri dan pimpinan perusahaan ternama dari GoTo Group, Advance Intelligence Group, Ula, Lummo, Kopi Kenangan, Sampoerna Strategic, MMS Group, dan Xiaomi turut bergabung dalam putaran tersebut sebagai angel investor strategis.

Dengan pendanaan baru, Atma berencana untuk lebih meningkatkan kualitas produk dan layanan, menjalankan strategi go-to-market, dan memperluas tim yang diharapkan mencapai 100 orang pada akhir tahun ini.

Atma didirikan oleh Edy Tan, mantan Chief of Driver di Gojek; Chris Gunawan, mantan Co-Founder RestoDepot dan Product Executive di Vara; Susan Suhargo, mantan Strategic Initiatives di Tencent dan Regional Marketing di Gojek; Tim Young, mantan Investor di Atlas Asset Management dan Fixed Income Trader di HSBC; dan Monica Oudang, Ketua YABB - GoTo Foundation dan mantan CHRO Gojek yang menjabat sebagai penasehat.

Edy Tan, Co-founder dan CEO Atma, mengungkapkan bahwa ia terinspirasi dari dampak sosial yang diberikan Gojek kepada 2,5 juta driver di sektor informal berdasarkan pengalamannya bekerja dengan komunitas driver selama menjabat sebagai Eksekutif di Gojek.

Membawa misi serupa, Edy ingin menjangkau populasi yang lebih luas mencakup sektor formal. Ia menargetkan segmen pekerja berpenghasilan menengah ke bawah dari populasi usia produktif di Indonesia, yakni individu yang berpenghasilan kurang dari Rp10 juta per bulan (atau sekitar US$700).

“Atma hadir dengan membawa misi untuk membantu lebih dari 100 juta orang di segmen ini agar mendapatkan peluang pendapatan yang lebih baik,” cetus Edy.

Kondisi pasar kerja saat ini ditandai oleh masalah inefisiensi yang merata meski proses digitalisasi telah terjadi secara masif.

Proses rekrutmen yang terjadi di dalam perusahaan, tak jarang memakan waktu beberapa minggu sejak perusahaan tersebut mulai mempromosikan lowongan pekerjaan, hingga menerima kandidat yang memenuhi syarat untuk diwawancarai.

Proses rekrutmen yang cukup panjang, mulai dari menemukan calon pekerja yang potensial, menyaring CV, hingga melakukan wawancara (via telepon atau tatap muka), tak jarang membuat calon pekerja merasa diabaikan untuk waktu yang lama.

Berbagai pain point yang dirasakan para pencari dan pemberi kerja sekarang telah mengakar sejak lama. Bahkan, kehadiran era teknologi internet sekalipun belum mampu menghadirkan inovasi berupa solusi menyeluruh terhadap permasalahan ini.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Atma menghadirkan solusi produk dalam skala besar untuk mendefinisikan kembali proses pencarian kerja dan pengalaman pencarian kandidat yang ada.

Edy mengatakan, “Para pencari kerja di segmen berpenghasilan menengah ke bawah menggambarkan pengalaman mencari kerja sebagai sesuatu yang membawa trauma emosional, sementara perusahaan mendeskripsikan pengalaman mencari kandidat sebagai sebagai sesuatu proses yang random (random walk). Di Atma, kami sedang membangun produk untuk mengubah pengalaman pencari & pemberi kerja secara keseluruhan menggunakan prinsip first-principle. Kemudahan, interaktivitas, sociability, personalisasi, dan gamifikasi akan menjadi elemen inti dari produk kami."