Ada beberpa alasan teratas untuk peningkatan finansial ini, di antaranya penghematan bahan bakar dan/atau perjalanan pulang-pergi yang cukup besar (93%), penurunan pengeluaran untuk makanan dan hiburan (79%).
Selain itu, 7 dari 10 (79%) responden percaya kebugaran fisik mereka meningkat dengan kerja secara remote. 81% responden pun mengatakan pekerjaan hybrid berdampak positif pada kebiasaan makan mereka.
Sebagian besar (92%) menunjukkan bahwa kerja secara remote telah meningkatkan hubungan keluarga dan setengah (47%) responden melaporkan hubungan yang lebih erat dengan teman-teman.
Kepercayaan & Transparansi, Kunci Sukses Cara Kerja Hybrid
Masa depan pekerjaan adalah hybrid, menurut 84% karyawan di Indonesia yang mengatakan mereka menginginkan kombinasi model kerja remote dan in-office hybrid di masa depan. Sementara yang menginginkan full remote (14%) dan full-office (3%).
Namun, tantangannya adalah ketidakpastian tentang bagaimana gaya kerja yang berbeda dapat memengaruhi inklusi dan keterlibatan. Lebih dari setengah (63%) responden Indonesia percaya bahwa perilaku micromanaging telah meningkat dengan kerja secara hybrid dan remote. Kurangnya kepercayaan dari manajer bahwa karyawan mereka dapat menjadi produktif telah menjadi tantangan umum dalam pengalaman kerja mereka.
“Kepercayaan telah menjadi prinsip inti dalam pekerjaan hybrid kami yang normal, di samping fleksibilitas, dan kepemimpinan yang empatik. Penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk sepenuhnya mengintegrasikan pengaturan kerja secara hybrid bagi karyawan, terutama dalam hal membangun budaya inklusif yang didukung oleh infrastruktur teknologi yang efisien di dunia kerja baru yang jelas disukai karyawan ini. Para pemimipin dan perusahaan perlu berkomitmen pada tindakan yang sangat membantu untuk mempertahankan orang-orang mereka – mendengarkan, membangun kepercayaan, dan memimpin dengan empati, fleksibilitas, dan keadilan,” kata Anupam Trehan, Senior Director, People & Communities, Cisco, APJC.
Teknologi, Tulang Punggung Kerja Hybrid
Pada saat yang sama, menurut Cisco, teknologi akan tetap berperan penting untuk memungkinkan masa depan dengan tenaga kerja yang semakin beragam dan terdistribusi. Dua pertiga (67%) responden percaya bahwa memiliki masalah konektivitas secara teratur membatasi karier bagi pekerja jarak jauh.
Akibatnya, 93% mengatakan infrastruktur jaringan sangat penting untuk pengalaman bekerja dari rumah yang mulus, tetapi sekitar 28% mengatakan perusahaan mereka masih membutuhkan infrastruktur jaringan yang tepat.
Hampir 9 dari 10 (86%) responden di Indonesia percaya bahwa keamanan siber sangat penting untuk membuat pekerjaan hybrid bekerja secara aman, namun 69% mengatakan organisasi mereka saat ini memiliki kemampuan dan protokol yang tepat.
Hanya 66% berpikir bahwa semua karyawan di seluruh perusahaan mereka memahami risiko dunia maya yang terkait dengan pekerjaan hybrid, dan 73% berpikir para pemimpin bisnis mengetahui risikonya.
“Teknologi adalah pendorong utama pertumbuhan di tempat kerja hybrid, dan itu perlu didukung oleh keamanan terintegrasi dari ujung ke ujung. Organisasi harus memprioritaskan postur keamanan yang kuat yang menopang setiap upaya digitalisasi dan memastikan bahwa keamanan siber adalah inti dari arsitektur teknologi mereka. Di tengah area permukaan serangan yang diperluas saat ini karena semakin banyak pengguna dan perangkat terhubung ke aplikasi perusahaan, organisasi perlu meningkatkan keamanan dan membangun kewaspadaan yang lebih besar, dengan memungkinkan akses yang aman dan melindungi pengguna dan titik akhir di jaringan dan cloud.” ujar Juan Huat Koo, Direktur, Keamanan Siber, Cisco ASEAN.