Pertemuan tahunan World Economy Forum (WEF) 2022 telah digelar di akhir bulan Mei lalu di Davos, Swiss.
Ketua Penyelenggara B20 Indonesia Shinta Kamdani, mengatakan sangat berkesan mengikuti pertemuan tahunan tersebut
Menurut Shinta, gelaran WEF 2022 itu sangat penting karena banyak pemimpin dunia baik dari pemerintahan hingga bisnis berkumpul untuk membahas masalah ekonomi yang paling mendesak.
“WEF 2022 ini menjadi sangat penting dan relevan karena situasi geopolitik dan geoekonomi dunia situasinya cukup tegang dan harus diselesaikan. Mulai dari upaya bersama bangkit dari COVID-19, krisis Rusia-Ukraina, pembahasan percepatan transisi energi, inklusi ekonomi melalui inovasi digital, dan sistem kesehatan berkelanjutan diperbincangkan,” tutur Shinta.
Salah satu hal yang menjadi fokus perhatian dalam forum itu, soal krisis Rusia-Ukraina yang semakin memperburuk keadaan ekonomi global karena berimbas pada stabilitas pangan, energi, dan sektor keuangan.
Para pemimpin bisnis dunia juga menekankan pada pentingnya nilai-nilai kemanusiaan terkait dampak dari perang kedua negara tersebut.
Shinta mengatakan, dalam forum WEF sebagai Ketua B20 Indonesia dan juga WKU Bidang Kemaritiman, Investasi dan Luar Negeri dari KADIN Indonesia, mengaku sangat senang karena beberapa topik B20 yang memang diselaraskan dengan topik prioritas G20 Indonesia seperti arsitektur kesehatan global, transisi energi, dan digitalisasi menjadi bahasan utama di WEF 2022.
“Hal penting yang dibahas terkait transisi energi, misalnya diperlihatkan komitmen membentuk berbagai inisiatif seperti First Movers Coalition dari 50 perusahaan yang akan mengurangi emisi karbon industri berat dan sektor transportasi jarak jauh yang bertanggung jawab atas 30% emisi global dan CEO Climate Leaders Alliance, yang sepakat untuk mengambil tindakan tegas untuk pengurangan emisi,” ujar Shinta.
Terlebih lagi, B20 Indonesia sudah membentuk Energy, Sustainability & Climate Task Force yang bertugas untuk memberikan rekomendasi kebijakan untuk mendorong langkah konkret negara-negara G20 dalam mentransisi dunia menjadi lebih hijau di berbagai tingkatan, seperti membuat perkembangan dalam perdagangan karbon dan mendorong inovasi dalam produksi energi alternatif.
Sementara di bidang inovasi digital, terlihat bagaimana pemimpin global juga menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi baru untuk membantu pemerintah dan perusahaan global dalam mengatasi dampak perubahan iklim, termasuk memulihkan kesenjangan ekonomi dan mengelola serta mengantisipasi dampak pandemi di bidang kesehatan, belajar dari kasus COVID-19.
“Melalui kecanggihan teknologi digital, big data, artificial intelligence, dan quantum analytics kita dapat mengidentifikasi serta mempercepat upaya dekarbonisasi. Ini sangat penting dan relevan dengan langkah yang dilakukan B20 Indonesia melalui Digitalization Task Force dan Energy, Sustainability & Climate Task Force, dalam mendorong kebijakan yang menstimulasi mendorong kebijakan yang menstimulasi aktivitas ekonomi rendah karbon,” jelas Shinta.
Hal paling penting yang tidak boleh diabaikan yakni pentingnya mengatasi persoalan kesehatan yang menjadi pangkal dari munculnya krisis ekonomi global ini.
Kesenjangan infrastruktur kesehatan, terutama akses vaksin harus bisa diatasi secara bersama demi mengantisipasi krisis kesehatan di masa depan.