Find Us On Social Media :

Hadapi Tantangan untuk Jadi Data Driven Company, Perusahaan Perlu Pertimbangkan 4 Hal Ini

By Fathia Yasmine, Selasa, 21 Juni 2022 | 12:00 WIB

Pure Storage Effortless

Di era digital atau industri 4.0 saat ini, data menjadi salah satu aset paling berharga di dunia. Bahkan, Presiden Joko Widodo pernah menyebut data lebih berharga dibanding minyak. Sementara Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa data sama bernilainya dengan emas.

"Data is the new mining. Ini adalah tambang baru. Kalau dulu yang menjadi kaya adalah yang menguasai tambang emas, batu bara, minyak, maka pada era digital ini yang disebut sebagai tambang adalah tambang data," ujar Sri Mulyani seperti dikutip dari pemberitaan Kompascom, Jumat (02/03/2018).

Tidak hanya dalam konteks pembangunan negara, data juga memainkan peran krusial sebagai aset dalam keberlangsungan perusahaan.

Dengan kumpulan data dalam jumlah besar (big data), perusahaan bisa melakukan perencanaan dan mengambil keputusan bisnis yang relevan di masa depan.

Baca Juga: Sering Digunakan Orang Saat Berselancar di Internet, Apa itu VPN?

Big data juga dapat dimanfaatkan untuk menganalisis perilaku konsumen, sehingga produk, layanan, hingga strategi pemasaran yang diterapkan tepat sasaran.

Dengan mengadopsi big data, sebuah perusahaan bisa bertransformasi menjadi data driven company, atau perusahaan yang menggunakan data sebagai penentu segala keputusan.

Meski demikian, bertransformasi menjadi data driven company bukanlah proses yang mudah. Tidak jarang berbagai tantangan pun muncul dalam implementasi dan operasionalnya. Berikut sejumlah persiapan untuk bertransformasi menjadi data driven company.

  1. Perluas wawasan mengenai big data

Sama seperti teknologi lainnya, big data akan bermanfaat apabila berada di tangan yang tepat. Namun, cukup banyak perusahaan gagal dan menghabiskan waktu serta biaya akibat minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang big data.

Agar proses implementasi berjalan lancar, perusahaan bisa melakukan workshop dan seminar dengan penyedia solusi big data, bersama dengan jajaran stakeholder dan seluruh pegawai yang terlibat. Dengan begitu, koordinasi dan implementasi big data dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya miskomunikasi dari setiap level.

Baca Juga: Meluncur 23 Juni, Ini Bocoran Spesifikasi Poco X4 GT dan Poco F4 5G

  1. Tingkatkan kompetensi tenaga IT

Sejalan dengan pertumbuhan data yang masif, permintaan tenaga kerja profesional seperti data scientist dan data analyst untuk big data pun semakin tinggi. Akan tetapi, jumlah tenaga kerja profesional seringkali terbatas dan sulit didapat.

Alih-alih merekrut tenaga kerja baru, perusahaan bisa melakukan upgrade kompetensi karyawan di bidang IT yang dimiliki dengan memberikan bootcamp atau beasiswa. Perusahaan juga bisa menggunakan jasa konsultasi sehingga tidak membebani biaya rekrutmen pegawai.

  1. Implementasi big data secara bertahap

Layaknya implementasi IT lainnya, adopsi big data juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, perusahaan bisa mempertimbangkan untuk melakukan perancangan arsitektur yang terukur, dengan implementasi bertahap.

  1. Miliki data storage yang efisien

Seiring dengan berjalannya waktu, data yang dihasilkan perusahaan akan bertambah. Di sisi lain, media penyimpanan pun memiliki siklus hidup (life cycle) tertentu, sehingga akan menambah biaya perawatan dan penggantian.

Untuk menjawab tantangan tersebut, perusahaan bisa mempertimbangkan penyimpanan data yang dapat digunakan dalam jangka waktu lama, tanpa memakan biaya tambahan. Salah satunya dengan menggunakan solusi dari Pure Storage, yaitu Pure Storage Effortless.

Baca Juga: Kemenko Perekonomian Gandeng Microsoft untuk Perkuat Ekonomi Digital

Sebagai informasi, Pure Storage Effortless merupakan media penyimpanan data yang terintegrasi langsung dengan cloud. Berbeda dengan model penyimpanan konvensional, perangkat ini sanggup menyediakan ruang penyimpanan tak terbatas sesuai kebutuhan.

Perusahaan dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan data sesuai kebutuhan hanya dengan menambah biaya berlangganan. Peningkatan kapasitas ini dapat dilakukan dengan mudah tanpa adanya risiko downtime atau penurunan performa.

Terkait dengan instalasi dan maintenance, Pure Storage Effortless hanya membutuhkan satu kali pemasangan dengan durasi pemasangan 30 menit. Untuk terkoneksi dengan cloud, layanan ini menghadirkan solusi bernama Pure FlashArray.

Pure FlashArray sudah dilengkapi dengan sistem enkripsi data, serta terintegrasi dengan berbagai infrastruktur dan software yang ada di pasaran. Dengan begitu, Pure FlashArray tidak hanya bebas maintenance, tetapi juga mampu menangkal serangan ransomware.

Bagi Anda yang tertarik untuk memanfaatkan layanan dan produk Pure Storage Effortless, kunjungi tautan ini untuk mengisi formulir pendaftaran. Tiga pendaftar yang beruntung akan mendapatkan saldo OVO sebesar Rp 285.000.

Untuk mengakses informasi lebih lengkap seputar produk Pure Storage Effortless, kunjungi laman resmi Pure Storage melalui situs web ini.