Find Us On Social Media :

Alasan Perusahaan Harus Adopsi Solusi NoSQL, Cepat dan Efisien

By Rizal, Rabu, 22 Juni 2022 | 09:15 WIB

Deb Dutta (General Manager DataStax Asia Pacific & Japan)

Permintaan data di Asia Pasifik akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 27,2% selama tiga tahun ke depan, karena kawasan ini memimpin dalam merangkul teknologi baru termasuk Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML) dan Internet of Things (IoT).

Pada tahun 2025, China akan menghasilkan lebih banyak data daripada Amerika Serikat, menurut sebuah studi dari IDC dan Seagate. Wilayah Asia Pasifik dan Jepang (APJ) juga merupakan salah satu wilayah datasphere dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Data yang dihasilkan di wilayah APJ akan meningkat dari 5,9 ZB pada 2018 menjadi 33,8 ZB pada 2025, yang merupakan 19,3% dari data global.

Didorong oleh kecenderungan pertumbuhan di Asia Pasifik yang rakus akan data dan konsentrasi kawasan ini pada penggunaan cloud native, perusahaan yang ada dan perusahaan di pasar vertikal seperti layanan keuangan, game, dan e-commerce, pasar database cloud di Asia Pasifik diperkirakan akan meroket 117% hingga US$288 miliar pada 2024, menurut laporan GlobalData.

Sementara itu, di Asia Tenggara, adopsi teknologi baru yang canggih juga akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pasar cloud. IDC memperkirakan bahwa pasar layanan cloud di kawasan Asia Tenggara akan mencapai US$40,32 miliar pada tahun 2025.

Dengan pertumbuhan data yang begitu eksponensial, database relasional, meskipun masih berguna tetapi tidak dibangun untuk aplikasi yang real-time pada masa kini. Database relasional juga tidak diperuntukkan untuk pengalaman pelanggan karena masalah skala dan kinerjanya.

Deb Dutta (General Manager DataStax Asia Pacific & Japan) mengatakan teknologi NoSQL sudah hadir selama beberapa waktu dan saat ini akan melangkah masuk untuk mengisi celah kekurangan tersebut.

"Pasar NoSQL diperkirakan akan meningkat sepuluh kali lipat menjadi sekitar US$22,08 miliar pada tahun 2026," ujarnya.

Bagi CIO, CTO, pemimpin digital, dan pengembang di balik inovasi baru yang akan datang di Asia Pasifik, ini adalah saat-saat yang menyenangkan. Mengimplementasikan NoSQL untuk mendukung aplikasi multi-wilayah secara real-time yang mendukung kehidupan kita sehari-hari ini sepadan dengan upaya inovasi dan pertumbuhan yang ada.

Lantas, bagaimana para pemimpin perusahaan bisa mendapatkan dukungan perusahaan, terutama dalam lingkungan yang konservatif? Apakah sistem tersebut akan cocok dengan sistem yang telah ada sebelumnya? Bagaimana para pemimpin merencanakan migrasi data? Apakah perusahaan memiliki keterampilan yang tepat untuk mengimplementasikan NoSQL?

Apakah NoSQL tepat untuk perusahaan Anda?

Deb Dutta mengatakan NoSQL dapat menjadi jawaban untuk perusahaan dengan proyek yang memerlukan skala dan data dalam jumlah besar, seperti personalisasi real-time, manajemen profil pengguna, aplikasi web yang menarik, aplikasi seluler, Internet of Things, dan sebagainya. Apache Cassandra merupakan database NoSQL terdistribusi yang dirancang untuk mengelola data dalam jumlah besar dengan ketersediaan tinggi, latensi rendah, pada skala global tanpa adanya titik tunggal kegagalan (single point of failure).

"Ini adalah kunci bagi perusahaan yang memiliki jangkauan global dan kebutuhan akan waktu aktif 24x7 dengan kinerja tinggi," ucapnya. Perusahaan-perusahaan di Asia menyadari hal ini dan dengan cepat mengadopsi Database Management System (DBMS) NoSQL open-source berbasis cloud, terutama untuk aplikasi baru mereka. Infrastruktur NoSQL mendistribusikan data ke beberapa node dalam satu cluster data sesuai dengan faktor replikasi khusus, biasanya tiga. Hal ini mengoptimalkan baik membaca maupun menulis tanpa kegagalan (zero-downtime) dan memungkinkan aplikasi untuk tetap berjalan dan berkembang.