Find Us On Social Media :

Endro Rahardjo, dan Cerita Menjaga Layanan di Tengah Euforia Mudik Lebaran

By Liana Threestayanti, Rabu, 29 Juni 2022 | 20:00 WIB

Endro Rahardjo, Kepala Divisi Teknologi Informasi, PT Kereta Api Indonesia (Persero)

“Kami juga harus menjamin keandalan jaringan, alat-alat kerja karyawan, alat-alat yang digunakan petugas operasional di lapangan. Selain itu kami pun harus melakuan monitoring untuk perjalanan kereta api,” jelas Endro. 

Saat ini, PT KAI sudah memanfaatkan Internet of Things (IoT) memantau posisi kereta api dan dan kecepatan kereta api. “Kami dapat memantau setiap loko di pusat kendali kereta api. Kami bisa memantau posisi, kecepatan, dan krunya,” imbuh Endro. Sebagai informasi, IoT juga dimanfaatkan PT KAI untuk memantau genset di kereta api, bekerja sama dengan pihak ketiga.

PT KAI juga menaikkan kapasitas bandwidth hingga dua kali lipat untuk mengantisipasi lonjakan traffic di musim mudik lalu. Sementara untuk sumber daya komputasi, tim TI melakukan capacity planning berdasarkan pengalaman di tahun-tahun sebelumnya. Meski belum menggunakan cloud computing untuk kebutuhan komputasi sistem e-ticketing, PT KAI sudah memanfaatkan teknologi virtualisasi di data center-nya sehingga penambahan virtual machine dapat dengan mudah dilakukan.

“Menangani dan mengatasi gangguan dengan cepat.” Terdengar simpel, tapi inilah tantangan terbesar bagi tim TI KAI karena menyangkut pengalaman pelanggan. Apalagi di tengah keterbatasan personil di lapangan dan gangguan yang seringkali datang tanpa bisa diprediksi.  

“IT juga kadang-kadang punya andil dalam keterlambatan KA, misalnya ketika ada gangguan monitor IoT, atau gangguan di sistem tiket sehingga kereta tertunda keberangkatannya. Namun, alhamdulillah, selama angkutan Lebaran kemarin sangat minim sekali gangguna yang terkait IT,” ujarnya lagi. 

Dalam upayanya untuk mengatasi gangguan, selain mengoptimalkan personil, Divisi TI KAI memanfaatkan tool untuk remote troubleshooting dan mencadangkan perlatan pengganti portabel yang mungkin dibutuhkan di stasiun-stasiun besar. 

Garap Transformasi Digital dan Data Analytics

Lepas dari kesibukannya memantau posko-posko di jalur mudik, pria yang memperoleh kesempatan tour of duty ke berbagai divisi ini kembali memfokuskan perhatiannya pada transformasi digital di PT KAI. 

Endro memaparkan, transformasi digital ini akan merambah ke semua unit yang ada di perusahaan. “Dulu memang sistem ticketing yang paling kedengaran ketika bicara digitalisasi di PT KAI. Sekarang kami ingin transformasi digital ini juga menyentuh misalnya angkutan barang, perawatan, sarana, termasuk semua proses bisnis yang ada,” ujarnya. 

Angkutan barang, misalnya, menjadi salah satu target digitalisasi. Selain karena merupakan bagian utama dari bisnis PT KAI, bisnis angkutan barang ini termasuk salah satu tulang punggung perusahaan saat pandemi. 

“Tahun 2019, angkutan penumpang yang terbesar. Namun sejak pandemi, angkutan barang lah yang masih memegang pendapatan besar. Untuk itu kami dukung juga dengan penggunaan teknologi,” imbuh Endro. Salah satu sistem yang sudah diimplementasikan untuk mendukung angkutan barang adalah sistem operasional dan pengelolaan bernama Rail Cargo Sistem (RCS).

Saat ini perusahaan baru saja melewati fase diagnostik untuk memetakan segala kebutuhan transformasi di setiap unit. Fase selanjutnya, menurut Endro, adalah implementasi. “Fase implementasi ini akan cukup panjang, 1-2 tahun ke depan. Kami akan tahapkan use case-use case apa yang dapat menambah pendapatan atau meingkatkan eisiensi. Dan tentunya kami selaraskan juga dengan RJPP PT KAI yang ada sekarang,” jelas Endro. 

Mimpi besar lain yang ingin ia wujudkan dalam waktu dekat adalah implementasi big data analytics. “Ini sedang dalam proses dan cukup krusial serta sangat dibutuhkan perusahaan. Kami punya banyak data tapi ternyata kami belum memanfaatkannya secara optimal,” cetusnya. 

Setelah big data analytics terimplementasi, Endro membeberkan rencana untuk memadukan big data analytics dengan teknologi artificial intelligence (AI), terutama untuk kepentingan pemeliharaan. 

“Dua pekerjaan besar ini harus bisa terlaksana, dan tidak hanya IT yang bergerak tapi pasti IT menjadi salah satu motor penggerak kedua projek ini yang akan mulai memasuki tahap implementasi,” pungkasnya.