Pertama, meningkatkan visibilitas pemimpin perempuan di industri fintech melalui partisipasi dalam acara-acara publik, maupun program pelatihan untuk pengusaha perempuan.
Kedua, memperkuat startup yang dirintis oleh perempuan. “Investor perlu peka terhadap gender bias yang dapat mempengaruhi penilaian mereka terhadap ide bisnis dari founder perempuan, terutama di sektor yang didominasi laki-laki seperti fintech,” kata Claudia, yang juga memiliki pengalaman di perusahaan venture capital.
Ketiga, keterwakilan para pemimpin perempuan perlu menjadi budaya profesional baru yang sangat mungkin dicapai dan bermanfaat bagi pertumbuhan sektor fintech. “Apabila para pemimpin industri fintech mampu berkomitmen dalam menciptakan lingkungan profesional yang lebih setara dan kondusif bagi perkembangan karir perempuan, budaya ini sangat mungkin menjadi standar baru di sektor ini,” jelas Claudia.
Studi menunjukkan bahwa meningkatkan keterlibatan perempuan dapat membawa lebihb anyak perspektif untuk mengidentifikasi peluang bisnis maupun mengembangkan produk.
Menurut data Harvard Business Review 2021, keberadaan perempuan di puncak kepemimpinan membuat perusahaan lebih terbuka pada perubahan sekaligus cenderung memitigasi risiko, serta fokus pada research & development.
Pluang sendiri memiliki dua C-Level perempuan. Dan hal ini, menurut Claudia, membawa kebaruan perspektif dalam memandang kebutuhan finansial masyarakat.
“Hampir 30% proporsi karyawan di Pluang telah ditempati oleh perempuan. Kami sangat bangga bisa terus menjunjung lingkungan profesional yang inklusif. Keterwakilan perempuan di posisi-posisi strategis juga terus kami dorong, dengan hampir seperlima posisi mid-senior management yang diampu oleh perempuan. Pluang ingin standar inklusivitas bagi perempuan di lingkungan kerja ini bisa dicontoh oleh perusahaan-perusahaan lain di industri teknologi.” jelas Claudia.
Acara “Women in Fintech: Empowering the Next Generation Forum” diadakan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat sebagai bagian dari program Providing Opportunities for Women’s Economic Rise (POWER) dari pemerintah Amerika Serikat.
Acara ini ditujukan sebagai wadah untuk mendiskusikan tantangan yang dihadapi perempuan di sektor fintech dan mendorong koneksi dan kerja sama untuk meningkatkan iklim regulasi dan bisnis untuk perempuan, guna mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan, perkembangan sektor fintech di Indonesia, dan inklusi keuangan.
Women in Fintech Forum juga turut dihadiri oleh Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta, serta perwakilan dari perusahaan multinasional dan startup fintech ternama seperti Visa, Mastercard, Xendit, Meta, Investree, dan Amartha