Contoh penerapan artificial intelligence (AI) di bidang militer akan semakin banyak kita lihat. Baru-baru ini Kementerian Pertahanan Rusia dan AS mengumumkan dibentuknya satu departemen khusus untuk mengembangkan persenjataan berbasis AI.
Pengumuman ini disampaikan pemerintah Rusia kemarin (17/08) di ajang Army 2022 Summit. Dikutip dari C4ISRNET, Alexander Osadchu, Head of Innovative Development, Kemenhan Rusia mengatakan, pembentukan departemen khusus untuk mengembangkan teknologi artificial intelligence ini dalam rangka mengintensifikasi penerapan artificial intelligence untuk membuat model-model senjata dan perangkat khusus militer.
Langkah ini, dinilai pengamat, tak lepas dari strategi Amerika Serikat dalam meningkatkan pemanfaatan artificial intelligence bagi kepentingan militernya. Bulan Februari lalu, Pentagon menunjuk CIO-nya, John Sherman untuk merangkap jabatan sebagai Chief Digital and Artificial Intelligence Officer (CDAO). CDAO akan memperluas penerapan artificial intelligence di jajaran militer AS.
Sebenarnya sejak tahun 2017, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah menunjukkan perhatiannya pada artificial intelligece. Menurut Putin, AI adalah masa depan, tidak hanya untuk Rusia tapi untuk umat manusia.
Menurutnya, AI membawa peluang yang sangat besar tapi juga ancaman yang akan sulit diprediksi. “Siapa saja yang menjadi pemimpin di bidang ini akan menjadi pemimpin dunia,” ucap Putin di hadapan para pelajar Rusia dalam kesempatan Knowledge Day di tahun 2017, seperti dikutip dari RT.com.
Di ajang Army 2022 itu, Rusia juga mengumumkan rencana peluncuran National Center for AI di bulan September mendatang. Pusat AI nasional ini akan mencari dan menganalisis AI di berbagai bidang, mulai dari bisnis dan sains hingga pemerintahan. Badan ini juga akan memfasilitasi perluasan program AI di berbagai organisasi seperti institusi riset dan perusahaan teknologi.
Sebuah laporan berjudul National Security Scorecard: Critical Technologies Edition yang dilansir oleh firma data analytics, Govini, mengungkapkan bahwa konflik Rusia-Ukraina memperlihatkan perang di masa depan akan bertumpu pada teknologi-teknologi baru, seperti autonomous dan semi-autonomous drone, serta artificial intelligence.
Hal ini mendorong negara-negara seperti, China, Amerika Serikat, dan Rusia, berlomba-lomba mengembangkan potensi artificial intelligence khususnya di bidang kemiliteran.