Sophos, pemimpin global dalam keamanan siber generasi berikutnya, hari ini merilis “Active Adversary Playbook 2022,” yang merinci perilaku penyerang yang dilihat oleh tim Rapid Response dari Sophos di ruang siber pada tahun 2021. Laporan tersebut menunjukkan peningkatan dwell time sebesar 36%, dengan dwell time penyusup rata-rata selama 15 hari di 2021 dibandingkan dengan 11 hari di 2020.
Laporan tersebut juga mengungkapkan dampak kerentanan di ProxyShell Microsoft Exchange, yang menurut Sophos dimanfaatkan oleh beberapa Initial Access Brokers (IAB) untuk menyusup ke jaringan dan kemudian menjual akses itu ke para penyerang lain.
“Kejahatan yang terjadi di dunia maya sangat beragam dan telah menjadi sesuatu yang terspesialisasi. IAB telah mengembangkan industri kejahatan siber dengan menyusupi sebuah target, melakukan pengintaian eksplorasi atau memasang backdoor, dan kemudian menjual akses turn-key ke grup ransomware untuk melakukan serangan-serangan yang mereka lakukan sendiri,” kata John Shier, senior security advisor di Sophos.
“Dalam lanskap ancaman siber berbasis spesialisasi yang semakin dinamis ini, akan sulit bagi perusahaan untuk memahami penggunaan alat dan pendekatan yang selalu berubah-rubah yang dilakukan oleh para penyerang," ucapnya.
Karena itu, sangat penting bagi para penjaga keamanan untuk memahami apa yang harus dicari pada setiap tahap rantai serangan yang terjadi, sehingga mereka dapat mendeteksi dan menetralisir serangan secepat mungkin.
Penelitian dari Sophos juga menunjukkan bahwa dwell time penyusup dilakukan lebih lama di lingkungan perusahaan yang lebih kecil. Para penyerang dapat bertahan selama kurang lebih 51 hari di perusahaan yang memiliki karyawan hingga 250 orang, sementara mereka biasanya menghabiskan 20 hari di perusahaan dengan 3.000 hingga 5.000 karyawan.
“Para penyerang menganggap perusahaan-perusahaan yang lebih besar lebih berharga, sehingga mereka lebih termotivasi untuk masuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan keluar," pungkasnya.
Sophos mengungkapkan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil memiliki 'nilai' yang lebih sedikit, sehingga penyerang dapat mengintai di sekitar jaringan untuk waktu yang lebih lama. Mungkin juga para penyerang ini kurang berpengalaman dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan begitu mereka berada di dalam jaringan.
Terakhir, organisasi yang lebih kecil biasanya memiliki visibilitas yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengeluarkan para penyerang, sehingga hal ini memperpanjang kehadiran mereka,” kata Shier.
“Dengan peluang yang mereka dapatkan dari adanya kerentanan di ProxyLogon dan ProxyShell yang belum ditambal dan dengan adanya kebangkitan IAB, kami melihat terdapat lebih banyak bukti dari banyak para penyerang dalam melakukan satu target. Jika di dalam jaringan tersebut ramai, penyerang akan ingin bergerak cepat untuk mengalahkan pesaing mereka.”
Temuan-temuan tambahan dalam laporan tersebut meliputi:
Dwell time rata-rata para penyerang sebelum terjadi deteksi akan lebih lama untuk melakukan intrusi "siluman", di mana saat itu belum berkembang menjadi serangan besar seperti ransomware, dan untuk perusahaan-perusahaan dan sektor-sektor industri yang lebih kecil dengan sumber daya keamanan TI yang lebih sedikit.
Dwell time rata-rata untuk perusahaan-perusahaan yang terkena ransomware adalah 11 hari. Bagi mereka yang telah disusupi, tetapi belum terpengaruh oleh serangan besar, seperti ransomware (23% dari semua insiden yang diselidiki), mengalami dwell time rata-rata selama 34 hari. Perusahaan-perusahaan di sektor pendidikan atau dengan karyawan kurang dari 500 juga memiliki dwell time yang lebih lama Dengan dwell time yang lebih lama dan keadaan titik masuk yang terbuka membuat organisasi-organisasi rentan terhadap banyak penyerang. Bukti forensik mengungkap contoh di mana beberapa musuh, termasuk IAB, grup ransomware, cryptominers, dan kadang-kadang bahkan beberapa operator ransomware, menargetkan secara bersamaan organisasi-organisasi yang sama Meskipun terjadi penurunan pada penggunaan Remote Desktop Protocol (RDP) untuk melakukan akses eksternal, namun para penyerang meningkatkan penggunaan alat untuk internal lateral movement. Pada tahun 2020, para penyerang menggunakan RDP untuk aktivitas eksternal di 32% kasus yang dianalisis, tetapi ini menurun menjadi 13% pada tahun 2021.
Meskipun perubahan ini merupakan perubahan yang disambut baik dan menyarankan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan manajemen serangan eksternal, para penyerang masih menyalahgunakan RDP untuk internal lateral movement. Sophos menemukan bahwa penyerang menggunakan RDP untuk internal lateral movement pada 82% kasus pada tahun 2021, naik dari 69% pada 2020 Dengan menggunakan kombinasi alat umum dalam serangan untuk memberikan sinyal peringatan yang kuat tentang aktivitas penyusup. Misalnya, investigasi insiden menemukan bahwa pada tahun 2021 PowerShell dan skrip non-PowerShell yang berbahaya dapat terlihat bersama di 64% kasus; PowerShell dan Cobalt Strike digabungkan dalam 56% kasus; dan PowerShell dan PsExec ditemukan pada 51% kasus. Dengan deteksi korelasi yang dilakukan tersebut dapat berfungsi sebagai peringatan dini dari serangan yang akan datang atau mengkonfirmasi adanya serangan aktif
Lima puluh persen insiden ransomware melibatkan data exfiltration yang telah terkonfirmasi – dan dengan data yang tersedia, kesenjangan rata-rata yang terjadi antara pencurian data dan penyebaran ransomware adalah 4,28 hari. Tujuh puluh tiga persen insiden yang ditanggapi Sophos pada tahun 2021 melibatkan ransomware. Dari insiden ransomware ini, 50% juga melibatkan data exfiltration.
Data exfiltration sering kali merupakan tahap terakhir serangan sebelum ransomware dirilis, dan investigasi insiden mengungkapkan kesenjangan rata-rata di antara mereka adalah 4,28 hari dan median adalah 1,84 hari Conti adalah grup ransomware paling produktif yang terlihat pada tahun 2021, terhitung 18% dari insiden yang terjadi secara keseluruhan. Ransomware REvil menyumbang satu dari 10 insiden, sementara ransomware umum lainnya termasuk DarkSide, RaaS di balik serangan terkenal terhadap Colonial Pipeline di AS dan Black KingDom, salah satu ransomware "baru" yang muncul pada Maret 2021 setelah terjadinya kerentanan pada ProxyLogon.
Ada 41 ransomware berbeda yang teridentifikasi di 144 insiden yang termasuk dalam analisis. Dari jumlah tersebut, sekitar 28 insiden adalah grup baru yang pertama kali dilaporkan selama tahun 2021. Sebanyak delapan belas grup ransomware yang terlihat dalam insiden pada tahun 2020 telah menghilang dari daftar pada tahun 2021 “Tanda-tanda berbahaya yang harus diwaspadai oleh para penjaga keamanan termasuk pendeteksian menggunakan alat yang legal, menggunakan kombinasi alat, atau aktivitas di tempat yang tidak terduga atau pada waktu yang tidak biasa,” kata Shier.
Sophos Active Adversary Playbook 2022 didasarkan pada 144 insiden yang terjadi pada tahun 2021, dengan menargetkan perusahaan-perusahaan dari semua ukuran di berbagai sektor industri, dan berlokasi di AS, Kanada, Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, Prancis, Swiss, Belgia, Belanda, Austria, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Filipina, Bahama, Angola, dan Jepang. Sektor-sektor yang paling terwakili adalah manufaktur (17%), diikuti oleh ritel (14%), kesehatan (13%), IT (9%), konstruksi (8%), dan pendidikan (6%).
Tujuan dari laporan Sophos adalah membantu tim keamanan perusahaan untuk memahami apa yang dilakukan para penyerang selama serangan dan bagaimana mengenali dan mempertahankan diri dari aktivitas-aktiviatas yang berbahaya di jaringan. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang perilaku, alat, dan teknik para penyerang, baca Sophos Active Adversary Playbook 2022 di Sophos News.