Kemudian Allen melakukan berbagai penyesuaian pada frasa atau kalimat yang ia masukkan ke sistem (misalnya untuk menyesuaikan pencahayaan dan harmoni warna pada gambar). Proses ini membutuhkan 900 iterasi sebelum akhirnya menghasilkan tiga gambar final.
Tidak berhenti di situ, Allen harus melakukan finishing dengan Photoshop untuk memberikan sentuhan yang lebih artistik dan sesuai keinginannya. Misalnya, Allen menambahkan kepala dengan rambut hitam bergelombang pada salah satu sosok wanita dalam gambar yang memenangi kompetisi. Sebelumnya, Midjourney membuat sosok wanita ini tanpa kepala.
Setelah itu, Allen masih harus memrosesnya lagi dengan software Gigapixel AI untuk meningkatkan resolusi dan mencetak gambar di atas kanvas.
Meski karyanya menuai kontoversi dan mendapat kecaman dari beberapa pihak, Jason M. Allen mengaku ia justru senang karena perdebatan seputar artificial intelligence untuk menghasilkan karya seni berhasil menarik perhatian banyak orang.
“Daripada membenci teknologi atau orang-orang di belakang teknologi, kita perlu menyadari bahwa (artificial intelligence) itu adalah tool yang powerful. Kita harus menggunakannya untuk kebaikan sehingga kita semua bisa bergerak maju, bukannya malah dongkol dengan kehadirannya,” pesan Allen seperti dikutip dari 9news.com.au.
Baca juga: Parkee, Alfabeta Hadirkan Contoh Artificial Intelligence untuk Sistem Perparkiran