Salah satu contoh artificial intelligence yang diharapkan oleh pelaku industri game adalah di bidang QA testing.
Seiring tumbuhnya dan semakin kompleksnya industri game, para pengembang semakin kesulitan dalam memastikan game bisa dimainkan dan bebas dari bug. Bos Xbox Game Studio, Matt Booty, menyuarakan harapannya ada contoh artificial intelligence dan machine learning, berupa AI bot, yang berperan sebagai game tester.
Dalam acara diskusi panel "Storytime With Matt Booty" di ajang Pax West 2022, Matt menjelaskan bahwa ada proses-proses dalam pengembangan game yang tidak lagi mampu mengimbangi kecepatan produksi game. Salah satunya adalah proses QA testing.
Melihat berbagai perkembangan berbagai contoh artificial intelligence yang ada saat ini, Booty menaruh harapan besar dapat menjalankan, misalnya 10.00 instance atau virtual machine, dari sebuah game di cloud.
“Jadi ada 10.000 kopi game yang berjalan (di cloud), lalu kita deploy AI bot untuk melakukan uji terhadap game tersebut sepanjang malam, dan di pagi harinya, kita sudah bisa memperoleh laporan hasilnya. Ini akan menjadi sesuatu yang transformasional,” ujar Matt, seperti dikutip dari laman web PC Gamer.
Tidak seperti dalam proses menyunting film, menambahkan fitur kecil pada game bisa berdampak besar pada hasil akhir. “Misalnya sebuah game sudah siap untuk dirilis, dan si desainer ingin menambahkan satu fitur kecil seperti mengubah warna karakter, dan entah bagaimana (perubahan) ini merusak sesuatu dan sepuluh menit pertama dari game tidak bisa berjalan,” jelas Matt. Walhasil, perubahan kecil maupun besar mengharuskan game diuji ulang secara keseluruhan, dari depan ke belakang, dari belakang ke depan, dan setiap sisi.
Agen RL Sebagai Game Tester
Sebenarnya pada tahun 2021, para peneliti AI Electronic Arts pernah mempublikasikan sebuah makalah berjudul “Adversarial Reinforcement Learning for Procedural Content Generation,” tentang deep reinforcement learning agent untuk menguji game.
Saat ini, para developer memiliki dua tool untuk menguji game: scripted bot dan human play-tester. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itulah, para peneliti AI di EA berupaya memadukan kelebihan keduanya.
“Tujuan kami adalah menggunakan reinforcement learning (RL) sebagai metode untuk menggabungkan keunggulan manusia (belajar mandiri, adaptif, dan rasa ingin tahu) dengan scripted bot (cepat, murah, dan terukur),” jelas Linus Gisslén, Senior Machine Learning Research Engineer, EA, dan lead author dari makalah tersebut, seperti dikutip dari laman web VentureBeat.
Reinforcement learning adalah cabang machine learning di mana agen AI mencoba mengambil tindakan yang akan memaksimalkan imbalan atau reward di lingkungannya. Misalnya, dalam sebuah game, agen RL melakukan tindakan-tindakan secara acak. Agen RL akan mengembangkan action policy (kebijakan tindakan) untuk mendapatkan hasil terbaik, berdasarkan hadiah atau hukuman yang diterimanya dari lingkungan game (misalnya, bertahan hidup, kehilangan nyawa atau kesehatan, mendapatkan poin, menyelesaikan level, dan lain-lain).
Dorong Potensi Game Tester
Pengembangan agen RL ini masih di tahap riset. Namun EA yakin contoh artificial intelligence ini nantinya akan menjadi bagian penting dalam proses pembuatan game karena memungkinkan pengembang mengevaluasi playability dari lingkungan game tersebut saat game dalam proses pengembangan.
Pemanfaatan artificial intelligence ini juga akan membuka potensi dan membebaskan para tester game dari tugas-tugas yang sifatnya repetitif, misalnya menemukan bug. Para tester pun bisa lebih fokus pada tugas mengevaluasi bagian-bagian dari game yang tidak dapat diuji dengan sistem terotomatisasi.
Dengan terus berkembangnya penelitian di bidang ini, artificial intelligence akan memperoleh peran yang lebih penting dalam proses pengembangan game maupun dalam menciptakan game experience.