TikTok meluncurkan tombol dislike yang memungkinkan pengguna dapat berkomentar di video dan menyampaikan rasa tidak sukanya terhadap komentar individu pada video. Caranya, pengguna dapat menekan tombol dislike berlambang jempol ke bawah untuk mengungkapkan ketidaksenangan terhadap video tertentu di kolom komentar.
Kehadiran fitur itu juga memungkinkan TikTok mendapatkan feedback mengenai komentar yang “tidak relevan atau tidak pantas”. "Fitur ini akan membantu kami menjaga bagian komentar tetap relevan dan melindungi keamanan komunitas," kata TikTok.
Sama seperti YouTube, aplikasi berbagi video pendek milik ByteDance itu tidak akan menampilkan jumlah dislike video. Kehadiran tombol dislike dapat membantu pengguna menjalin koneksi digital positif sesuai dengan aturan yang berlaku di platform.
TikTok Shop
Baru-baru ini, Populix mengadakan survei mengenai pengalaman dan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menggunakan platform social commerce yang terangkum dalam laporan berjudul “The Social Commerce Landscape in Indonesia”.
Hasil survei menunjukkan bahwa 52% masyarakat Indonesia sudah mengetahui akan tren transaksi jual beli melalui media sosial atau yang dikenal sebagai social commerce tersebut.
Social commerce kian populer karena menjadi opsi baru untuk berbelanja online secara mudah dan memungkinkan interaksi langsung dengan penjual sambil menjelajahi media sosial, tanpa harus berpindah aplikasi. Sementara di sisi penjual, social commerce memungkinkan mereka untuk menjangkau calon pelanggan yang lebih luas.
Dr. Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix menyampaikan sebagian besar masyarakat Indonesia mengetahui dan pernah mencoba berbelanja melalui social commerce untuk transaksi sehari-hari seperti membeli pakaian dan produk kecantikan. Lebih dari itu, pesatnya tren social commerce yang dibawa oleh pandemi Covid-19 ini, juga turut mendorong kemunculan platform-platform jual beli berbasis interaksi sosial sebagai alternatif pilihan medium berbelanja bagi masyarakat.
"Dengan meningkatnya tren social commerce di Indonesia, ke depannya kami berharap dapat terus memberikan insights menarik bagi ekosistem ini agar dapat membuka semakin banyak peluang pasar baru bagi UMKM, mendorong percepatan UMKM go digital, dan semakin meningkatkan pertumbuhan pasar digital di tanah air," katanya.
Mayoritas masyarakat berbelanja melalui platform media sosial
Laporan survei menunjukkan bahwa 86% masyarakat Indonesia pernah berbelanja melalui platform media sosial dengan TikTok Shop (45%) sebagai platform yang paling sering digunakan, diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%). Mayoritas masyarakat berbelanja pakaian (61%), produk kecantikan (43%), makanan dan minuman (38%), serta handphone dan aksesoris (31%) dengan rata-rata pengeluaran sekitar Rp 275.000 setiap bulannya.
Masyarakat juga mengatakan akan tetap menggunakan TikTok Shop dan Facebook Shop, serta mempertimbangkan untuk lebih banyak menggunakan Instagram Shop dalam berbelanja di masa depan.
Dari segi pengguna, saat ini, TikTok Shop merupakan medium yang paling banyak digunakan oleh perempuan, sedangkan WhatsApp dan Instagram Shop paling banyak digunakan oleh orang laki-laki berusia 36-45 tahun. Ke depannya, pengguna TikTok Shop akan terus didominasi oleh perempuan terutama mereka yang berusia 18-25 tahun di kota-kota kecil di seluruh Jawa.
Sementara, Instagram Shop akan didominasi oleh konsumen dengan SES atas, dan WhatsApp akan lebih banyak digunakan oleh generasi yang lebih senior.
Penggunaan platform social commerce masih minim
Sementara itu, di tengah munculnya berbagai platform social commerce dewasa ini, survei menemukan bahwa 46% masyarakat Indonesia masih belum mengetahui tentang platform social commerce. Di antara masyarakat yang mengetahui platform social commerce, 35% dari mereka mengatakan bahwa mereka belum pernah menggunakan platform tersebut.
Sementara itu, Evermos (22%), Kitabeli (14%) dan Dusdusan (12%) adalah tiga platform social commerce yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Dari segi demografi pengguna, sebagian besar pengguna ketiga platform tersebut justru berasal dari luar Jakarta, misalnya Evermos yang didominasi oleh masyarakat Bandung, Kitabeli didominasi oleh masyarakat Surabaya, dan Dusdusan yang didominasi oleh masyarakat Semarang.