Find Us On Social Media :

Supply Chain Masih Alami Tekanan, Smart Warehouse Pastikan Ketersediaan & Keandalan

By Liana Threestayanti, Senin, 10 Oktober 2022 | 19:06 WIB

Dunia mulai memasuki fase pemulihan, supply chain global masih mengalami disrupsi. Bagaimana solusi smart warehouse dapat menjawab tantangan ini?

Meski dunia mulai memasuki fase pemulihan dari krisis, rantai pasokan (supply chain) global masih mengalami disrupsi. Bagaimana solusi smart warehouse dapat menjawab tantangan ini?

Data Global Supply Chain Pressure Index yang dikeluarkan oleh The United States Federal Reserve Bank mencatat bahwa tekanan pada rantai pasokan global terparah sepanjang sejarah terjadi pada Desember 2021. 

Namun di fase pemulihan pasca krisis ini pun disrupsi pada rantai pasokan global masih terjadi. Fase pemulihan pun masih berdampak pada volatilitas rantai pasokan. Walhasil, kondisi dua tahun terakhir ini masih menjadi tantangan bagi perusahaan-perusahaan logistik yang performa bisnisnya bergantung pada performa rantai pasokan global.

Terlepas dari disrupsi yang ada, mereka yang terlibat dalam bisnis pergudangan, misalnya, harus mengatasi tidak hanya pasokan yang tidak pasti tetapi juga permintaan yang meningkat, terutama di sektor e-commerce.

Pasar belanja online tumbuh dengan pesat. Penjualan e-commerce di Asia-Pasifik diperkirakan akan berlipat ganda dari tahun 2021 hingga 2025, mencapai US$2 triliun, menurut perusahaan riset Euromonitor International.

Teknologi apa saja yang dilirik para pelaku logistik dalam menjawab tantangan disrupsi saat ini?

Kebutuhan Otomatisasi

Menjawab tantangan ini, menurut Edward Chow, Vice President Asia Pacific Sales & Services, Stratus Technologies, banyak operator logistik dan pergudangan di Asia-Pasifik yang melihat proses otomasi sebagai solusi untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan dalam operasional.

“Autonomous guided vehicles (AGVs) saat ini menjadi pemandangan umum di gudang besar dan pusat pengiriman, di mana mereka dapat digunakan untuk membawa barang dari satu bagian fasilitas ke bagian lain, tanpa campur tangan manusia,” ujar Edward.

Menurut Edward, teknologi ini tidak hanya menurunkan kemungkinan human errors, tapi juga meningkatkan keselamatan kerja dengan membantu operator dalam mengangkat barang-barang berat. 

Selain AGVs, Autonomous Mobile Robots (AMR), juga semakin dikenal oleh para pebisnis. AMR memanfaatkan sensor untuk memahami sekitar mereka dan algoritme perangkat lunak untuk melihat pergerakan di sekitar fasilitas. Mesin ini dapat meningkatkan efisiensi karena dapat mengambil dan menyortir barang-barang di rak.

Edward menjelaskan, ada beragam mesin pintar yang dapat membuat pekerjaan para operator di gudang lebih efisien dan mengurangi kebutuhan akan forklift besar. Misalnya, grappler atau capit dan troli otomatis yang masing-masing mampu menahan beban hingga 500kg dan 200kg.