Hampir seabad sejak Sumpah Pemuda tercetus oleh pemuda-pemudi Ind onesia dan kapasitas pemuda sebagai penggerak kemajuan bangsa masih tetap signifikan hingga kini.
Sejak 2012, literasi keuangan termasuk dalam salah satu indikator kualitas pendidikan oleh Programme for International Student Assessment (PISA).
Tes ini menguji kemampuan finansial pemuda dalam memahami nilai aset finansial, mengelola keuangan serta mengidentifikasi risiko dan return di setiap transaksi keuangan.
Lalu bagaimana kualitas literasi keuangan berpengaruh pada tren investasi generasi muda?
Berdasarkan hasil riset terkait platform investasi multi-aset, keterwakilan pemuda dalam proporsi investor ritel mencapai hampir 75% dengan mayoritas usia 18-35 tahun.
Kabar baik lainnya adalah, hampir seperlima di antaranya merupakan pelajar atau mahasiswa dan hampir sepertiga dari mereka tersebar di luar Jawa-Bali.
Hal ini membuktikan semakin banyak anak muda yang sudah terpapar informasi tentang investasi sejak dini dan distribusi akses investasi sudah semakin merata di Indonesia.
Temuan menarik lainnya adalah investor dari kelompok usia generasi zilenial (kelahiran dari tahun 1997 hingga tahun 2012) yang notabene pada riset ini berada pada kelompok usia 18-23 tahun memiliki orientasi investasi jangka panjang.
Mayoritas dari responden riset platform investasi multi-aset ini menggunakan investasi untuk mempersiapkan pendapatan pasif dan dana darurat.
Hanya 10% dari generasi zilenial yang menggunakan dana investasi untuk dana jalan-jalan.
Asumsi bahwa anak-anak muda dikhawatirkan tidak bisa meraih kemandirian finansial karena pola hidup yang konsumtif terbantahkan dalam riset ini.
Investor-investor muda ini sudah memulai berinvestasi dari nominal terkecil sebesar kurang dari Rp1 juta dan kebanyakan dari mereka memilih aset kripto sebagai pilihan aset utama.
Mayoritas dari investor zilenial juga memiliki keingintahuan yang tinggi, mereka sangat terbuka untuk mempelajari aset baru di platform multi-aset.