Selama dua tahun terakhir, adopsi cloud telah melonjak ketika bisnis di seluruh dunia beralih ke pola kerja virtual dan layanan digital yang disebabkan karena keterbatasan yang ditimbulkan oleh pandemi global. Ketika beberapa perusahaan mulai kembali pada pola tatap muka, banyak yang mempertahankan pola kerja virtual yang masih mereka adopsi.
Pelaku bisnis terus memanfaatkan perubahan digitalisasi untuk mendorong ketangkasan dan ketahanan, didukung oleh lingkungan kerja hybrid yang dinamis. Hal itu memunculkan produk cloud baru yaitu supercloud.
Stuart Fisher (Regional Vice President, Asia Pacific and Japan Couchbase) mengatakan Supercloud telah menjadi perbincangan di dunia teknologi baru-baru ini. Terkadang supercloud juga disebut sebagai cloud terdistribusi, supercloud adalah arsitektur cloud yang dibangun di atas infrastruktur hyper-scale yang mengintegrasikan tiga jenis komputasi awan yaitu infrastructure-as-a-service (IaaS), platform-as-a-service (PaaS), dan software-as-a-service (SaaS).
"Ketiganya merupakan kesatuan solusi yang tepat dan fokus pada integrasi bisnis yang lebih luas dan transformasi industri digital, supercloud mendasari cloud skala lebih besar," ujarnya.
Menurut GlobalData, perusahaan di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) telah mempercepat inisiasi terhadap pengunaan cloud dan mempertimbangkan inisiatif yang lebih kompleks seperti multicloud dan manajemen jaringan untuk menghasilkan hasil yang lebih baik.
Sementara itu, McKinsey mencatat terdapatnya perbedaan persiapan yang matang terhadap cloud di pasar, pola adopsi terhadap cloud, dan peraturan pada setiap negara menimbulkan tantangan bagi bisnis yang berusaha memaksimalkan manfaat cloud. Selain itu, transisi ke lingkungan kerja yang lebih digital telah menimbulkan beberapa tantangan, karena beragam produk dan layanan dari lingkungan berbasis cloud modern yang terdiri dari banyaknya pemain dengan ekosistem teknologi yang saling terkait.
Dengan begitu banyak fungsi yang terjadi dalam ekosistem cloud, kompleksitas adalah dampak yang logis. Ini telah melahirkan cara-cara baru untuk mengoperasionalkan TI pada teknologi cloud dan untuk membantu membangun kesuksesan bisnis.
Ketika adopsi multicloud tumbuh, gambaran melalui supercloud menawarkan jalan untuk mengatasi kompleksitas yang mendasarinya.
Solusi ultramodern
Mendukung bisnis melalui perangkat lunak yang dikonsumsi sebagai layanan, supercloud dirancang untuk berjalan pada satu hyper cloud atau menjangkau beberapa cloud. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan, bermigrasi, dan menghentikan sumber daya, menawarkan jaringan yang homogen di mana semua sumber daya ini tersedia. Pada dasarnya, supercloud memberikan layanan yang lebih di atas dan di luar apa yang diharapkan pada penyedia layanan cloud untuk publik.
Menurut IDC, hampir 60% bisnis di Asia Pasifik akan menerapkan system operasi multicloud dalam dua tahun mendatang. Tidak dapat disangkal, strategi ini akan berimbas pada biaya yang membengkak dan tuntutan penguasaan kemampuan teknologi cloud untuk perusahaan.
Namun, ada hal yang tidak diketahui oleh pengguna bahwa menggunakan beberapa cloud dapat menciptakan kompleksitas yang tidak perlu, seperti silo terisolasi, yang memunculkan tantangan interoperabilitas lainnya yang membuat manajemen data lebih berat. Ini menghasilkan latensi saat berpindah dari satu cloud ke cloud lain, terutama saat berbagi, mengatur, dan mengamankan data.