Find Us On Social Media :

Balkanisasi Internet, Kaspersky Membagikan Prediksi Privasi 2023

By Adam Rizal, Senin, 12 Desember 2022 | 13:00 WIB

Kaspersky

Pada tahun 2023, kita akan menyaksikan pembentukan pasar yang lebih beragam untuk behaviour tracking (informasi tentang kebiasaan browsing pengguna) akibat penerapan hukum setempat. Selain itu, ponsel cerdas (smartphone) akan mengambil alih dokumen tradisional dan gagasan metaverse akan menjadi bagian dari realitas kita. 

Semua perubahan ini pasti akan menuntut keamanan berbagai perangkat dan teknologi. Ini adalah kutipan dari laporan “Prediksi privasi untuk tahun 2023” dari Kaspersky.

Tahun ini ditandai dengan aktivitas regulasi terkait privasi di seluruh dunia, yang menargetkan sektor korporat dan swasta. Beberapa tindakan menangani praktik pengawasan komersial dan keamanan data yang merugikan konsumen, sementara yang lain menangani teknologi pembelajaran mesin yang invasif untuk lebih melindungi data sensitif. Namun, masih banyak masalah privasi yang dihadapi masyarakat dalam waktu dekat, terutama yang terkait dengan agenda geopolitik dan ekonomi saat ini.

Prakiraan ini dikembangkan berdasarkan pergeseran dan tren yang disaksikan oleh pakar privasi di Kaspersky pada tahun 2022. Menurut para peneliti, perselisihan besar antara berbagai pemangku kepentingan dalam percakapan seputar privasi dan pengumpulan data akan menghasilkan kecenderungan sebagai berikut:

Balkanisasi internet akan mengarah pada pasar behaviour tracking yang semakin beragam (dan terlokalisasi) dan pemeriksaan transfer data lintas batas (cross-border).

Sebagian besar halaman web dirayapi dengan pelacak tak terlihat, mengumpulkan data perilaku (behavioural data) yang selanjutnya dikumpulkan dan digunakan terutama untuk iklan bertarget. Meskipun ada banyak perusahaan berbeda dalam bisnis iklan perilaku (behaviour ads), perusahaan teknologi besar yang berbasis di Amerika Serikat seperti Meta, Amazon, dan Google adalah pemimpin yang tidak perlu dipertanyakan lagi. 

Namun, di banyak daerah, pihak berwenang semakin berhati-hati dalam berbagi data dengan perusahaan asing. Itu mendorong bisnis untuk menunjukkan preferensi pada pemain lokal, yang mungkin memiliki berbagai implikasi privasi. 

Sementara perusahaan teknologi besar mungkin menghabiskan lebih banyak biaya untuk keamanan daripada perusahaan yang lebih kecil, bahkan mereka memiliki andil dalam pelanggaran data. Entitas yang lebih kecil mungkin kurang menarik bagi peretas, tetapi juga kurang mendapat pengawasan dari badan pengatur.

Ponsel cerdas akan menggantikan lebih banyak dokumen kertas

Saat ini ponsel cerdas atau perangkat lain banyak digunakan sebagai metode pembayaran, membuat kartu debit dan kredit klasik menjadi usang di beberapa negara. Selain itu, ponsel dapat digunakan untuk keperluan medis – sebagai bukti vaksinasi atau status kesehatan negatif COVID saat ini – atau bahkan sebagai versi digital dari kartu identitas. Poin terakhir mungkin dapat membawa kenyamanan dan risiko.

Di satu sisi, sistem yang diterapkan dengan benar dapat membantu menangani verifikasi harian tanpa harus menunjukkan kepada kasir seluruh dokumen dengan perincian lain seperti nama atau alamat. 

Di sisi lain, menggunakan ponsel cerdas untuk menyimpan data pribadi dalam jumlah yang semakin banyak menciptakan satu titik kegagalan, sehingga menimbulkan masalah keamanan yang serius. Ini menempatkan tuntutan serius pada keamanan perangkat seluler dan cara data disimpan sembari menjaga privasi.