Indonesia menjadi sasaran empuk serangan siber. Bahkan, Indonesia pernah mengalami rekor 12,9 juta serangan siber tahun lalu dan diperkirakan akan mengalami peningkatan rata-rata 15 persen setiap tahunnya. Namun, Badan Siber dan Sandi Negara memperkirakan bahwa Indonesia membutuhkan 1.000 ahli keamanan siber baik untuk pemerintah maupun sektor swasta agar dapat bersaing dengan seluruh dunia.
"Keamanan siber tidak hanya berbicara tentang manusia tetapi juga teknologi yang tersedia dan dapat digunakan," ujar Jonathan Tan (Managing Director, Asia, Trellix).
Kembali ke studi yang dilakukan Trellix pada bulan September lalu, mayoritas ahli keamanan siber Indonesia mengatakan bahwa model keamanan siber yang mereka gunakan terlalu terisolir, yang mana 19% dari mereka percaya bahwa pembaruan atau pergantian model perlu dilakukan.
Model-model yang sudah ketinggalan zaman ini tentunya sangat berkontribusi terhadap tingkat frustasi dan stress yang dihadapi ahli keamanan siber di tempat kerja.
Jonathan mengatakan untuk membawa sektor keamanan siber Indonesia ke tingkat berikutnya, penting bagi organisasi untuk mempertimbangkan kesejahteraan staf keamanan mereka, dan berinvestasi dalam solusi yang lebih canggih.
"Cara ini tidak hanya mengurangi tekanan yang diberikan kepada analis keamanan siber yang kekurangan waktu, tetapi juga mengarah pada hasil keamanan yang lebih besar," katanya
Solusi XDR
Salah satu solusi tersebut dapat melalui penggunaan extended detection and response (XDR), yang merupakan kunci untuk mengatasi tantangan solusi keamanan terisolir karena membawa semua alat organisasi ke dalam satu platform tunggal. Dengan cara ini, organisasi dapat mengidentifikasi ancaman besar dengan lebih baik dengan cepat serta beradaptasi dengan ruang lingkup ancaman dinamis yang sangat relevan saat ini.
"Teknologi canggih ini juga dapat memberikan respons yang lebih baik terhadap insiden dan efisiensi yang lebih besar untuk mencegah terjadinya serangan siber," katanya.
Sebagai teknologi deteksi ancaman dan respon insiden berbasis Security-as-a-Service (SaaS), XDR memungkinkan perusahaan untuk mampu mendeteksi secara lebih lanjut, yaitu dengan memberikan visualitas yang lebih holistik di seluruh landskap. Hal ini membuat proteksi, kemampuan deteksi, serta kapabilitas respon yang dapat dilakukan semakin meningkat.
Dengan situasi kurangnya talenta siber yang saat ini sedang terjadi, adaptasi XDR menjadi semakin penting karena teknologi ini mampu memberikan sistem pintar yang dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan baik perusahaan maupun tenaga ahli professional.
Hal ini membuat beban kerja semakin ringan dan para ahli keamanan siber dapat memfokuskan diri mereka terhadap aspek-aspek lain di keamanan siber – dikemukakan oleh seperempat (21%) tenaga ahli siber di Indonesia yang telah mengimplementawsi XDR di perusahaannya, dan 39% orang yang akan mengimplementasikan XDR di 18 bulan ke depan.