Find Us On Social Media :

Red Hat: Cara Membangun Resiliensi Perusahaan di 2023 dan Selanjutnya

By Liana Threestayanti, Rabu, 28 Desember 2022 | 18:30 WIB

Penulis: Marjet Andriesse, Senior Vice President dan General Manager, Red Hat APAC

[Redaksi] Meski sedikit demi sedikit pulih dari kondisi pandemi, perusahaan masih akan menghadapi terpaan angin yang datang dari berbagai arah. Bagaimana perusahaan dapat membangun resiliensi atau ketangguhan di tengah situasi ini?

Lepas dari pandemi, sejumlah masalah, seperti inflasi, ketegangan geopolitik, dan disrupsi rantai pasokan menghalangi pemulihan ekonomi. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,72% year on year. Meski begitu, perekonomian tahun depan diprediksi akan cukup menantang, khususnya timbulnya kendala dari sisi supply akibat dampak pandemi, perang, dan situasi geopolitik, sementara permintaan meningkat, sehingga menyebabkan kompleksitas.

Enterprise saat ini sedang mencari keseimbangan. Mereka harus membuat rencana dan melakukan pengeluaran dengan bijaksana dalam jangka pendek untuk memastikan profitabilitas, sekaligus mengambil pertaruhan besar yang akan terbayar dalam jangka panjang saat kita keluar dari bear market, atau kondisi di mana pasar saham sedang mengalami penurunan.Dampaknya, organisasi tidak hanya perlu membuat perencanaan untuk 2023, tapi sampai 2030!

Satu pertanyaan penting yang harus ditanyakan bisnis kepada diri mereka sendiri: What’s next? Apa selanjutnya?

Apa kebutuhan pelanggan selanjutnya? Apa inovasi produk selanjutnya? Apa selanjutnya untuk bisnis secara keseluruhan?

Mengeksplorasi hal yang tidak diketahui seperti itu adalah tugas berat. Namun perusahaan yang bisa melaluinya secara efektif akan siap keluar dari pandemi dengan lebih kuat dan lebih tangguh (resilience).

Teknologi Sebagai Penyeimbang

Dalam jangka pendek, teknologi memainkan peran sebagai enabler yang menjaga bisnis tetap beroperasi selama masa krisis dengan memungkinkan sistem kerja jarak jauh, bisnis yang agile, dan interaksi digital secara eksternal. Dalam jangka panjang, organisasi harus memanfaatkan teknologi untuk mendukung setiap proses, inisiatif atau rantai nilai, dalam perjalanan mereka menjadi Future Enterprise.

Enterprise yang cerdas saat ini akan memprioritaskan kembali investasi untuk interaksi pelanggan yang mengutamakan digital (digital-first), otomatisasi dan augmentasi proses, data dan analitik, serta agile DevOps yang mendorong inovasi dalam bisnis dan model operasional baru.

Ketika kita bergerak maju, digital akan menjadi penyeimbang yang akan mempercepat jalan organisasi menuju pemulihan dan memimpin Future Enterprise yang platform-enabled, berpusat pada ekosistem, dan digerakkan oleh inovasi.

Membangun Bisnis yang Tangguh