Namun Flawless AI dibangun tidak hanya untuk membantu para produsen film menghemat biaya dalam proses pasca produksi. Fokus utama dari perusahaan ini adalah aksesibilitas. Apa maksudnya?
Menjaga Makna dan Cerita
Flawless AI awalnya didirikan setelah Scott Mann kecewa dengan hasil sulih suara film “Heist” yang dibintangi aktor kawakan Robert De Niro. Menurut Mann, metode sulih suara konvensional yang selama ini digunakan di industri film memiliki banyak keterbatasan.
Salah satu keterbatasan yang ia maksud adalah ketika sebuah film disulihsuarakan ke bahasa asing. Cerita, makna, dan penampilan para aktor di film tersebut tidak lagi sesuai dengan cerita aslinya akibat sulih suara yang tidak tepat. Dialog yang disulihsuarakan ke bahasa yang berbeda menjadi tidak sesuai dengan ekspresi wajah dan gerak bibir para aktor dalam film tersebut.
Salah satu solusi tipikal yang kerap diterapkan adalah menulis ulang dialog dalam bahasa yang diinginkan agar lebih cocok dengan visual yang sudah ada sebelumnya. Namun, demi keterbacaan, perubahan tersebut tak jarang harus mengorbankan visi asli tim kreatif.
Rasa frustasinya ini mendorong Scott Mann untuk mencari solusi yang lebih baik. Sampai akhirnya ia membaca sebuah white paper dari Max Planck Institute mengenai neural network, program komputer yang meniru struktur otak dan mencoba mengubah ekspresi wajah seorang aktor ke wajah aktor yang lain. Dari sini lahirlah Flawless AI yang kemudian mengembangkan solusi TrueSync yang berbasis artificial intelligence.
Selain menghadirkan visualisasi lipsync yang sempurna dalam berbagai bahasa, sistem TrueSync juga didukung engine yang tugasnya menjaga performa film dengan menangkap semua nuansa dan emosi dari material aslinya. Oleh majalah Time, teknologi ini dimasukkan ke dalam daftar Best of Inventions tahun 2021 lalu.