Find Us On Social Media :

Kepala Ilmuwan AI di Meta: Teknologi ChatGPT Tidak Terlalu Inovatif!

By Rafki Fachrizal, Rabu, 25 Januari 2023 | 17:45 WIB

Yann LeCun, Kepala Ilmuwan AI di Meta (Induk Facebook, Instagram dan WhatsApp).

Sejak diluncurkan akhir tahun 2022 lalu, ChatGPT yang merupakan teknologi chatbot Al (Artificial Intelligence) besutan OpenAI terus mendapat perhatian orang-orang di seluruh dunia.

Banyak yang terkesan dengan ChatGPT karena kemampuannya memberikan respons berbasis teks secara baik terhadap berbagai perintah atau pertanyaan yang diberikan penggunanya.  

Bahkan, para ahli melihat teknologi yang dinilai mereka revolusioner itu bisa menjadi hal besar berikutnya di industri teknologi.

Namun, di mata seorang kepala ilmuwan AI di Meta (induk Facebook dan WhatsApp), Yann LeCun, ChatGPT bukanlah sebuah teknologi yang luar biasa.

"Dalam hal teknik yang mendasarinya, ChatGPT tidak terlalu inovatif. Tidak ada yang revolusioner, meski persepsi publik menganggapnya begitu," kata LeCun dalam sebuah pertemuan di platform Zoom bersama media dan eksekutif beberapa waktu lalu, sebagaimana dikutip dari ZDNET, Rabu (25/01/2023).

"Hanya saja, Anda tahu, itu disatukan dengan baik, dilakukan dengan baik," jelasnya lagi.

Menurutnya, ChatGPT bukanlah pionir seperti yang dilihat orang-orang saat ini. Hal itu lantaran teknologi AI berbasis data seperti itu sudah dibangun sejak lama dan umum digunakan oleh banyak perusahaan dan laboratorium penelitian di bidang teknologi.

"OpenAI sama sekali bukan kemajuan dibandingkan dengan laboratorium penelitian lain, sama sekali ... Ini bukan hanya Google dan Meta, tetapi ada setengah lusin startup yang pada dasarnya memiliki teknologi yang sangat mirip dengan itu (ChatGPT)," terang LeCun.

LeCun pun mencatat bahwa ChatGPT dibangun dengan terdiri dari banyak teknologi yang dikembangkan selama bertahun-tahun oleh banyak pihak.

"Anda harus menyadari, ChatGPT menggunakan arsitektur Transformer yang dilatih sebelumnya dengan cara pengawasan mandiri, ucap LeCun.

"Transformer adalah penemuan Google," lanjut LeCun, mengacu pada jaringan saraf bahasa yang diluncurkan oleh Google pada tahun 2017, yang telah menjadi dasar untuk berbagai program bahasa, termasuk GPT-3.

"Lalu, pelatihan dengan pengawasan mandiri adalah cara yang telah saya anjurkan sejak lama, bahkan sebelum OpenAI ada," kata pria yang pernah memenangkan Penghargaan Turing pada 2019 itu.

Selain itu, OpenAI nyatanya telah memanfaatkan secara ekstensif teknik yang disebut pembelajaran penguatan melalui umpan balik manusia, yang membuat agen manusia membantu memberi peringkat keluaran mesin untuk memperbaikinya, seperti Google Page Rank untuk web.