Media sosial saat ini tidak hanya digunakan sebagai media bersosialisasi seperti peruntukan awalnya, namun sudah berkembang luas untuk kebutuhan lain, salah satunya adalah untuk berbisnis.
Indonesia pun menjadi pasar yang potensial karena merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di dunia.
Data dari Kepios mengindikasikan bahwa 73,05 juta orang di Indonesia tidak menggunakan internet pada awal 2022 dan akhirnya memilih untuk go online selama tahun 2022, yang kemungkinan disebabkan oleh tuntutan situasi pandemi yang masih mempengaruhi perilaku masyarakat.
Dengan total 191,4 juta pengguna media sosial di Indonesia berdasarkan data tahun 2022, tentunya memasarkan produk atau brand di media sosial akan memberikan keuntungan pada pebisnis.
“Pemasaran melalui media sosial membantu brand untuk lebih cepat dikenali dan meningkatkan penjualan,” jelas Rosmita Dwijayanti, Performance Marketing Specialist Niagahoster.
Berdasarkan report We Are Social tahun 2022, lebih dari 50 persen pengguna internet Indonesia menemukan brand baru melalui mesin pencarian dan iklan di media sosial. Tak ayal, mereka kemudian akan melanjutkan mencari tahu mengenai brand yang baru mereka temukan tersebut ke akun media sosial.
Kelemahan Media Sosial untuk Bisnis
54 persen UMKM memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan penjualan di masa pandemi, terutama bagi yang baru memulai bisnis karena media sosial terlihat sangat ideal dan mudah dioperasikan.
Namun meski media sosial terbilang cukup ramah bagi semua pengguna internet, terutama bagi pebisnis baru, namun pebisnis harus memahami proses social media marketing dengan baik. Karena, media sosial yang gratis dan mudah digunakan itu juga bisa menjadi boomerang bagi pebisnis.
Dilansir dari blog Niagahoster, media sosial memiliki keterbatasan dalam hal desain dan fungsi platform yang tidak bisa diubah, sehingga pengguna harus memaksimalkan konten yang sesuai dengan karakter bisnis untuk menjaring calon pelanggan.
Selain itu, pengguna media sosial juga bebas memberikan komentar pada postingan apapun dan dapat mempengaruhi pengguna lain yang sedang mencari tahu mengenai brand atau bisnis tersebut. Pasalnya, masyarakat Indonesia juga cenderung mempercayai review orang lain terhadap suatu brand.
Frekuensi Pembelian 250% dengan Omnichannel Marketing
We Are Social dan Hootsuite melaporkan dalam Global Overview 2022 bahwa 77 persen masyarakat Indonesia sudah mengadopsi teknologi internet dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut pun menuntut pebisnis untuk semakin cepat beradaptasi karena masyarakat Indonesia yang semakin pintar dan melek teknologi.
Menerapkan omnichannel, atau strategi pemasaran dengan berbagai platform sekaligus, adalah strategi yang paling tepat dilakukan di tahun 2023.
Tidak hanya mengandalkan media sosial, tapi juga memadukannya dengan website, email, dan toko fisik.
Dikutip dari blog Niagahoster, omnichannel marketing memungkinkan frekuensi pembelian 250 persen lebih tinggi daripada hanya mengandalkan satu channel saja.
Selain itu, calon pelanggan tidak akan ragu untuk langsung bertransaksi saat itu juga jika informasi mengenai bisnis atau produk yang mereka cari sudah lengkap di semua channel.
“Manfaatkan semua platform digital dengan baik karena saat ini konsumen sudah semakin pintar untuk mencari suatu bisnis di semua platform. Jadi kita harus hadir di semua channel. Di website, Google, media sosial, hingga marketplace. Jangan sampai ada yang terbengkalai,” pesan Farizky Romadhony, PPC Specialist Niagahoster.