Nilai barang dagangan bruto di pasar dagang Indonesia dari tahun 2010 hingga 2020 mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 3,4 persen CAGR, mencapai Rp 2.357 juta. Namun, terdapat permasalahan utama yang menghambat Indonesia dalam memaksimalkan potensi pertumbuhan sektor tersebut.
Industri ini masih berpotensi tumbuh dua kali lipat menjadi 7 persen jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti India, Singapura, dan Malaysia. Percepatan adopsi transformasi digital akan mempertahankan daya saing Indonesia, menurut laporan berjudul “Capturing the growth of Indonesia’s digital trade sector” oleh Kearney.
“Sektor perdagangan Indonesia mencakup berbagai pemain, termasuk sekitar 70 persen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Empat masalah utama memengaruhi mereka: kurangnya akses pembiayaan, operasi bisnis yang tidak efektif, persaingan penjualan dan pemasaran yang ketat, serta adopsi transaksi nontunai yang rendah,” ujar Ishan Nahar, Principal di Kearney.
“Isu-isu ini terkait dengan struktur sektor perdagangan Indonesia. Transformasi digital adalah jawaban yang jelas. Hal ini membuka peluang bagi pelaku sektor perdagangan, khususnya UMKM, untuk meningkatkan produktivitas dengan operasional bisnis yang lebih efektif," ucapnya.
Sumber pendanaan dan investasi yang memadai sangat penting untuk memacu transformasi digital di sektor perdagangan Indonesia. Pada tahun 2020, investasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sektor perdagangan dibatasi sebesar Rp5 triliun, dan perkiraan tahun 2030 hanya sebesar Rp15 triliun – atau setara dengan 0,03 hingga 0,04 persen dari PDB.
Investasi TIK rata-rata di negara-negara tetangga regional dan negara-negara terkemuka dengan transformasi digital yang efektif - seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang - adalah 0,25 persen dari PDB.
“Dengan memperluas investasi TIK pada sektor perdagangan untuk mencapai standar tingkat negara-negara tetangga dan terkemuka, pasar e-commerce Indonesia dapat tumbuh sekitar 20 persen CAGR atau mencapai Rp3.729 triliun hingga Rp4.148 triliun,” kata Ishan.
Belajar dari praktik terbaik negara-negara pembanding, laporan ini mengidentifikasi bahwa terdapat empat hal dan inisiatif yang dapat dilakukan untuk mengalihkan sektor perdagangan Indonesia secara digital:
● Mempercepat adopsi layanan digital canggih dalam pelaksanaan operasional para pemain utama di sektor perdagangan
Adopsi digital di sektor perdagangan Indonesia belum merata; adopsi saat ini masih terbatas hanya pada pemain terkemuka. Digitalisasi akan menguntungkan bisnis ritel dengan adanya peningkatan efektivitas operasi bisnis dan peningkatan pengalaman berbelanja para pelanggan. Peluang untuk memperluas pilihan barang, seperti integrasi online-to-offline dan analisis prediktif, masih perlu dimanfaatkan dalam operasi perdagangan di Indonesia.
● Memperkuat industri digital dengan platform UMKM yang kuat dan meningkatkan kompetensi digitalnya
Para pelaku super-app Indonesia, seperti Tokopedia dan Bukalapak, sudah mulai membangun platform UMKM. Namun, masih ada peluang untuk meningkatkan platform mereka dengan memperluas cakupan layanan ke seluruh rantai operasi. Selain itu, pelaku super-app akan mendapat manfaat apabila pemerintah membentuk platform UMKM nasional.