Beberapa tahun terakhir, jumlah cyber attack alias serangan siber disebutkan sejumlah pihak meningkat. Check Point misalnya menyebutkan jumlah cyber attack rata-rata per minggunya pada jaringan organisasi di dunia meningkat sebanyak 38% pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021. Begitu pula Menurut Deep Instinct yang menyatakan jumlah cyber attack menggunakan malware mengalami peningkatan sebesar 358% pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019.
Tak heran, menurut Google Trends, penulusuran akan cyber attack di dunia memiliki tren yang meningkat dalam lima tahun terakhir. Namun, menurut Google Trends pula, penulusuran akan cyber security di dunia jumlahnya lebih banyak dan juga memiliki tren yang meningkat dalam lima tahun terakhir. Khusus cyber security, hal serupa pun berlaku di Indonesia, meski puncaknya adalah pada kuartal pertama tahun 2019; dibandingkan lima tahun lalu, penelusuran akan cyber security di tanah air trennya tetap meningkat. Lalu apa sebenarnya cyber security alias keamanan siber ini? Apa itu cyber security dan apa hubungannya dengan cyber attack?
Seperti yang pernah dituliskan di sini, menurut ISO (International Organization for Standardization), tepatnya ISO/IEC 27032; mengutip dari sejumlah sumber; cyber security atau cyberspace security adalah preservasi dari kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi di cyberspace. Adapun cyberspace merujuk pada lingkungan yang kompleks yang merupakan hasil dari interaksi antara orang, peranti lunak, dan layanan-layanan internet melalui penggunaan aneka perangkat teknologi dan berbagai koneksi jaringan; lingkungan yang tidak memiliki wujud.
Sementara, menurut Kaspersky; cyber security adalah suatu praktik melindungi para komputer, server, perangkat mobile, sistem elektronik, jaringan, dan data dari serangan-serangan jahat. Begitu pula Cisco yang mendefinisikan cyber security sebagai praktik melindungi berbagai sistem, jaringan, dan program dari serangan-serangan digital.
Jadi, secara ringkas, cyber security atau cybersecurity bisa dibilang merupakan tindakan untuk melindungi informasi di dunia maya dari aneka cyber attack; cyber security perbuatan melindungi, cyber attack perbuatan menyerang. Secara lebih luas, cyber security adalah tindakan untuk melindungi informasi di dunia maya, tidak hanya dari cyber attack, melainkan juga dari berbagai hal lain yang bisa mengganggunya.
Komputer dan Jaringannya Makin Banyak Digunakan
Jumlah penulusuran akan cyber security di dunia yang memiliki tren meningkat dalam lima tahun terakhir pun menunjukkan cyber security makin populer dan sejalan dengan itu bisa dibilang cyber security sekarang bertambah penting. Bertambah pentingnya cyber security antara lain karena makin banyaknya cyber attack tadi. Namun, makin banyaknya cyber attack tentunya dipengaruhi makin banyaknya penggunaan komputer seperti desktop, laptop, smartphone, server, dan perangkat IoT (internet of things) serta penggunaan jaringan komputer seperti internet dalam kehidupan umat manusia sehari-hari. Penggunaan komputer serta jaringan komputer yang makin banyak, membuat mereka makin menarik untuk para cyber attacker alias penyerang siber. Dengan bertambah banyak yang menggunakan, dampak cyber attack yang berhasil bertambah signifikan pula.
Dengan kata lain, penggunaan komputer serta jaringan komputer yang makin banyak membuat tindakan untuk melindunginya, termasuk informasi di dalamnya, dari aneka insiden — cyber security incident — bertambah penting. Pasalnya, cyber security incident seperti cyber attack bisa mengganggu kehidupan umat manusia yang dimaksud. Ambil contoh laptop yang berisikan berbagai data untuk pekerjaan. Bila laptop tersebut terkena cyber attack yang berhasil sehingga akses terhadap data pekerjaan yang ada di sana jadi terkunci alias tidak bisa diakses, pengguna dan organisasinya bisa tidak dapat melanjutkan pekerjaan bersangkutan dan mengalami kerugian yang signifikan, utamanya bila mereka tidak memiliki backup akan data itu.
Makin banyaknya penggunaan komputer serta penggunaan jaringan komputer di dunia misalnya tercermin dari laporan yang dikeluarkan We Are Social dan Hootsuite. Sementara, khusus di Indonesia, makin banyaknya penggunaan komputer serta penggunaan jaringan komputer tercermin dari data BPS (Badan Pusat Statistik).
Menurut We Are Social dan Hootsuite, sampai sekitar kuartal pertama tahun 2022, sekitar 5 miliar penduduk dunia adalah pengguna internet atau sekitar 63% dari populasi dunia adalah pengguna internet. Sebelumnya, pada awal tahun 2018, We Are Social dan Hootsuite menyebutkan sekitar 4,021 miliar penduduk dunia adalah pengguna internet atau sekitar 53% dari populasi dunia adalah pengguna internet. Bisa dibilang, dalam waktu sekitar 4 tahun, jumlah pengguna internet di dunia bertambah hampir 1 miliar.
Begitu pula untuk jumlah individu unik pengguna telepon seluler. Menurut We Are Social dan Hootsuite, jumlah individu unik pengguna telepon seluler pada kuartal kedua tahun 2022 adalah sekitar 5,44 miliar; sedangkan pada pada kuartal kedua tahun 2021 adalah sekitar 5,26 miliar. Bisa dibilang, dalam waktu 1 tahun, jumlah individu unik pengguna telepon seluler di dunia bertambah sebanyak 180 juta.
Sementara, di Indonesia, menurut data BPS, porsi individu yang menggunakan internet di tanah air pada tahun 2019 adalah sebanyak 47,69% populasi. Sebelumnya, porsi individu yang menggunakan internet di tanah air pada tahun 2017 hanya sebanyak 32,34% populasi. Adapun menurut data BPS, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan sejumlah 266,9 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan sejumlah 261,9 juta jiwa. Dengan kata lain, dalam waktu sekitar 2 tahun, jumlah pengguna internet di Indonesia bertambah sekitar 42,6 juta individu.
Adapun untuk porsi masyarakat (perkotaan + perdesaan) Indonesia yang memiliki/menguasai telepon seluler disebutkan BPS sebesar 65,87% pada tahun 2021. Porsi itu meningkat dari 63,53% pada tahun 2019. Bila jumlah penduduk Indonesia sepanjang tahun 2019 sampai tahun 2021 adalah tetap, porsi masyarakat Indonesia yang memiliki/menguasai telepon seluler meningkat sekitar 2,34%. Pada kenyataannya, jumlah penduduk Indonesia adalah meningkat. BPS memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2021 sebanyak hampir 272,9 juta jiwa.
Jumlah Cyber Attack Meningkat dan Kerugiannya Besar
Seperti telah disebutkan, makin banyaknya cyber attack belakangan ini membuat cyber security sekarang bertambah penting. Selain dari laporan Check Point dan Deep Instinct di atas, meningkatnya jumlah cyber attack di dunia juga tergambar dari laporan yang dikeluarkan Kaspersky, tepatnya Kaspersky Security Bulletin. Sementara, khusus Indonesia tercermin dari laporan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara).
Menurut Kaspersky Security Bulletin 2021, solusi Kaspersky berhasil menghentikan alias mengeblok sejumlah hampir 687,9 juta cyber attack yang diluncurkan dari sumber daya daring secara global sejak bulan November tahun 2020 sampai bulan Oktober tahun 2021. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama sebelumnya. Berdasarkan Kaspersky Security Bulletin 2020, solusi Kaspersky berhasil menghentikan sekitar 666,8 juta cyber attack yang diluncurkan dari sumber daya daring secara global sejak bulan November tahun 2019 sampai bulan Oktober tahun 2020. Terdapat peningkatan cyber attack yang tercatat Kaspersky sekitar 3,16% pada November 2020 - Oktober 2021 dibandingkan November 2019 - Oktober 2020.
Adapun menurut BSSN, pada tahun 2022 terdapat sekitar 976 juta cyber attack di Indonesia. Jumlah tersebut memang menurun dibandingkan yang tercatat pada tahun 2021. Pada tahun 2021, BSSN mencatat sekitar 1,6 miliar cyber attack di Indonesia. Namun, jumlah cyber attack di tanah air pada tahun 2022 itu masih jauh lebih tinggi dari tahun 2020. Menurut BSSN, pada tahun 2020 bersangkutan terdapat cyber attack dengan jumlah sekitar 495 juta di Indonesia. Bila dibandingkan tahun 2020, jumlah cyber attack di Indonesia pada tahun 2022 bertambah 97,17% alias menjadi hampir dua kalinya.
Tak sekadar jumlah cyber attack yang meningkat, kerugian yang dihasilkan cyber attack yang berhasil pun bisa besar. Kerugian besar yang bisa ditimbulkan cyber attack menjadi faktor lain yang membuat cyber security sekarang bertambah penting. Ambil contoh dugaan cyber attack yang dialami Acer pada Maret 2021. Acer memang tidak mengonfirmasi dugaan tersebut, tetapi juga tidak menyatakan bahwa dugaan itu adalah salah. Andai benar, cyber attack oleh REvil terhadap Acer ini melibatkan permintaan ransom alias tebusan sebesar US$50 juta. Bukan sekadar besar, menurut BleepingComputer, US$50 juta adalah nilai tebusan tertinggi yang diketahui saat itu; tidak semua perihal tebusan ransomware dibuka ke publik.
Secara keseluruhan, kerugian yang dihasilkan cyber attack yang berhasil juga tinggi. Mengutip Statista, kerugian dari cyber attack yang berhasil, termasuk biaya penanganannya, diprediksikan akan mencapai US$23,82 triliun secara global pada tahun 2027. Dibandingkan tahun 2018, kerugian tersebut jumlahnya terus meningkat. Bila pada tahun 2018, kerugian secara global dari cyber attack yang dimaksud ditaksir sekitar US$860 miliar, pada tahun 2019 kerugiannya ditaksir sekitar US$1,19 triliun, dan pada tahun 2022 lalu kerugiannya diperkirakan sekitar US$8,44 triliun.
Spesifik Indonesia, mengutip Microsoft, berdasarkan studi Frost & Sullivan yang dilakukan pada tahun 2018, potensi kerugian ekonomi di Indonesia yang diakibatkan oleh cyber attack yang berhasil bisa mencapai US$34,2 miliar. Besarnya nilai kerugian tersebut adalah lebih dari 3% PDB Indonesia pada tahun 2018.