Sementara itu, Martin Setiawan, Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia mengatakan bahwa transformasi digital di industri mamin tergolong cukup kompleks mengingat transformasi tersebut harus dapat mencakup tiga fokus area yaitu Agile Manufacturing, Efficient Facilities dan Resilient Supply Chain.
Integrasi ketiga area tersebut dimungkinkan dengan pemanfaatan Industrial Internet of Things dan teknologi otomasi yang terbuka, kolaboratif dan berbasis software.
“Untuk dapat memaksimalkan potensi digitalisasi, dibutuhkan kemampuan sumber daya manusia dalam mengoperasikannya. Tidak hanya kemampuan pengoperasian secara teknis, namun juga kognitif antara lain kreativitas, pemecahan masalah yang kompleks, pemikiran kritis, analitis dan inovatif, serta kepemimpinan. Aspek-aspek ini akan menjadi fokus dalam pengembangan pendidikan dan kurikulum pembelajaran yang akan dirumuskan bersama dengan GAPMMI,” tutur Martin
Penandatanganan kerjasama GAPMMI dan Schneider Electric telah dilaksanakan pada akhir tahun 2022 lalu.
Selain pengembangan kurikulum dan pelatihan, para anggota GAPMMI juga dapat melihat secara langsung praktek digitalisasi di smart factory Schneider Electric di Batam dan Cikarang, pertukaran tenaga ahli, dan konsultasi.
Baca Juga: Schneider Electric Dukung Pembangunan Green Data Center di AREA31