Keterampilan digital mendatangkan manfaat bagi negara, pelaku bisnis, dan para pekerja, Amazon Web Services (AWS) memperkenalkan program pelatihan baru, AWS re/start Asscoiate.
Ada temuan menarik dari riset terbaru AWS dan Gallup. Studi yang mensurvei 1.412 pekerja dewasa dan 348 pemberi kerja di Indonesia ini mengungkapkan pekerja dengan keterampilan digital tingkat lanjut (advanced digital skills), seperti cloud computing dan software development, berkontribusi sekitar US$129 miliar (Rp 621,4 triliun) terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) tahunan Indonesia.
Para pekerja ini juga meraup pendapatan 121% lebih tinggi daripada rekan kerjanya yang tidak menggunakan keterampilan digital. Berbanding lurus dengan temuan tersebut, 88% para pekerja menyatakan kepuasan yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Selaras dengan temuan tersebut, perusahaan yang sangat mengandalkan pekerja dengan keterampilan digital tingkat lanjut, teknologi digital, dan teknologi cloud pun mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis dan inovasi yang lebih tinggi. Sebanyak 21% perusahaan Indonesia yang menjalankan sebagian besar bisnisnya di cloud memperoleh pendapatan tahunan dua kali lipat lebih banyak dibandingkan 12% perusahaan yang menggunakan cloud untuk sebagian bisnisnya atau tidak sama sekali.
Masih tentang penggunaan teknologi digital di perusahaan, riset yang berjudul ”Asia Pacific Digital Skills Study: The Economic Benefits of a Tech-Savvy Workforce” ini ini Gallup juga menyoroti 10 teknologi terbaru yang akan berdampak pada bisnis di masa depan, seperti artificial intelligence, edge computing, quantum computing, metaverse, digital twin, blockchain, dan cryptocurrency.
Sehubungan dengan hal itu, sebanyak 85% persen pemberi kerja di Indonesia mengatakan bahwa setidaknya satu dari 10 teknologi tersebut akan menjadi bagian standar dari operasional bisnis mereka di masa depan. Dan teknologi 5G dipilih oleh 74% dari responden pemberi kerja.
Sertifikasi Industri Bisa Jadi Substitusi
Namun di sisi lain, riset ini juga menemukan adanya tantangan perusahaan dalam merekrut pekerja digital padahal transformasi digital di berbagai bidang sedang bergulir kencang. Sebanyak 84% pemberi kerja Indonesia melaporkan bahwa mereka ingin mengisi pos-pos pekerjaan yang mensyaratkan keterampilan digital, tetapi 86% mengaku kesulitan untuk menemukan talenta yang mereka butuhkan.
Di antara hal yang menjadi penghambat adalah 50% organisasi di Indonesia lebih memilih pelamar dengan gelar sarjana, bahkan untuk posisi staf TI tingkat pemula. Namun, menurut Purva Hassomal, Head of Learning and Development, Asia Pacific, Gallup, sentimen itu mulai berubah.
Purva menjelaskan, banyak perusahaan mulai menyadari bahwa tantangan dalam perekrutan ini dapat diatasi dengan menerima sertifikasi industri yang diajukan pelamar.
“Sebanyak 88% pemberi kerja setuju bahwa sertifikasi digital atau kursus pelatihan dapat diterima sebagai pengganti gelar sarjana,” jelasnya.
“Pekerja terampil digital diperlukan dalam bisnis di setiap sektor untuk membantu meningkatkan operasi, menciptakan pengalaman pelanggan, dan mendukung pekerja secara keseluruhan. Gallup mendorong perusahaan untuk melihat temuan ini dan memahami bagaimana mereka dapat membangun keterampilan ini para pekerjanya saat ini,” tegas Purva Hassomal.