Find Us On Social Media :

Nilai Valuasi AI di China Bakal Tembus Rp372 Triliun pada 2026

By Adam Rizal, Selasa, 11 April 2023 | 15:30 WIB

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI).

Pemerintah China berambisi ingin menjadi pemain utama industri artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di dunia.

IDC memprediksi pasar AI di China akan menembus 26,44 miliar dolar AS atau Rp372 triliun pada 2026.

Pengeluaran AI di China akan mencapai 14,75 miliar dolar AS pada 2023 atau sekitar 10 persen dari total pengeluaran pasar AI dunia.

Hal itu membuat tingkat pertumbuhan tahunan gabungan untuk pasar AI China akan melampaui 20 persen selama periode 2021-2026.

Xinhua melaporkan kunci utama pertumbuhan AI masif di China adalah antusiasme perusahaan-perusahaan untuk melakukan transformasi digital dan tingginya permintaan yang beragam di pasar China.

Hambatan Utama

Kemajuan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memberikan dampak signifikan pada kehidupan manusia. Inovasi-inovasi AI terbaru telah mengubah cara kita bekerja, berinteraksi dengan lingkungan, dan bahkan mempengaruhi cara kita berpikir.

Dalam beberapa tahun terakhir, AI telah digunakan dalam berbagai industri, seperti otomotif, perbankan, kesehatan, dan transportasi.

Teknologi ini telah membantu mempercepat proses produksi dan meningkatkan efisiensi operasional di seluruh industri. Penerapan teknologi AI memungkinkan perusahaan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas produk dan layanan yang mereka tawarkan.

China sebagai salah negara maju di dunia melihat teknologi AI akan memegang peranan penting di masa depan. Karena itu, China mengeluarkan segala daya dan kemampuannya untuk merajai industri dan teknologi AI di dunia.

Apalagi China sedang menghadapi persaingan sengit dari AS yang sama-sama juga memimpin inovasi pengembangan AI. China juga memasuki perlombaan pengembangan AI Generatif menantang kemampuan AS.

Baidu yang merupakan mesin pencari terbesar di Tiongkok meluncurkan chatbot “Ernie Bot” untuk menantang ChatGPT. DAMO Academy dari Alibaba juga mengembangkan chatbot gaya ChatGPT miliknya sendiri. Perusahaan e-niaga JD meluncurkan ChatJD, platform AIGC.

Selain itu, Fudan University of China juga meluncurkan MOSS Chatbot yang saat ini dalam pengujian publik. ByteDance, NetEase, dan Huawei juga telah mengumumkan rencana mengikuti perlombaan AI.

Matt Sheehan mengatakan seorang peneliti di Carnegie Endowment for International Peace mengatakan banyak perusahaan raksasa teknologi China memiliki dua tantangan utama dalam mendominasi pasar AI di dunia yaitu kekurangan pasokan sensor dan semikonduktur serta kekurangan kucuran dana untuk penelitian AI-nya.

"Pasokan chip AI memegang peran penting dalam pengembangan AI dan kekurangan pasokan semikonduktor menjadi kendala utama. Kekurangan dana juga menjadi kendala utama lainnya," ujarnya.

Belum lagi, pemerintah AS yang memberlakukan sanksi impor chip ke China. Tekanan pemerintah AS juga menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan AI mengingat pemerintah AS memiliki pengaruh besar di pasar-pasar dunia