Laporan tersebut juga menyoroti bagaimana perilaku belanja digital dari konsumen baru ini memiliki potensi untuk mempengaruhi perilaku pembelian secara lebih luas.
Segmen inti pembeli digital ini mencakup tiga generasi – Gen Alfa, Gen Z, Milenial – dan keempat segmen ini menghabiskan banyak waktu mereka untuk mencari, mempertimbangkan, dan melakukan pembelian produk secara daring.
Lebih lanjut, beberapa temuan dari Indonesia adalah:
- Mayoritas (91,2%) konsumen yang disurvei di Indonesia menggunakan kanal online seperti mesin pencari, platform jejaring sosial, dan video untuk meneliti produk atau layanan sebelum membeli. Jumlah ini lebih dari 10% lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsumen digital dari negara lain (80%).
- “Likes” dan “komentar baik” di media sosial juga memengaruhi keputusan pembelian dari 86% online konsumen Indonesia dan 76% konsumen baru. Khususnya, tujuh dari sepuluh konsumen Indonesia (67,6%) lebih memilih berbelanja di aplikasi media sosial daripada platform lainnya, dibandingkan dengan lebih dari setengah konsumen digital lainnya.
- Setidaknya enam dari sepuluh (63%) pembeli social commerce mengatakan bahwa mereka cenderung membeli dari penjual yang sama lagi.
- Sebanyak 78% masyarakat Indonesia dan 65% konsumen baru lebih memilih menggunakan metode pembayaran online. Mereka juga mengatakan bahwa opsi pengiriman yang nyaman, seperti “click and collect” (81,5% di Indonesia dan 73% di pasar negara berkembang lain) dan pengiriman gratis (94,5% di Indonesia dan 79% di pasar negara berkembang), merupakan faktor penting dalam menentukan pembelian online mereka.
- Sebanyak 83,8% konsumen Indonesia dan tiga perempat konsumen digital baru melihat kebijakan retur yang mudah sebagai pengaruh utama pada keputusan pembelian online mereka.
“Terdapat generasi baru konsumen yang menguasai dunia digital (digital savvy) di Indonesia, dengan sembilan dari 10 pengguna internet telah membeli produk dan layanan secara online – menghadirkan peluang bisnis yang signifikan dan belum dimanfaatkan. Namun, banyak perusahaan yang tidak siap untuk memanfaatkan peluang ini karena kesulitan operasional dan ekspektasi konsumen yang tinggi,” kata Zain Suharwardy, Commerce Lead, Southeast Asia, Accenture Song.
“Untuk penetrasi ke target market ini secara efektif banyak perusahaan harus membangun kekuatan digital mereka, baik dalam bentuk pengelolaan talenta yang tepat dan aset yang tepat, yang pada akhirnya akan memberikan penawaran dan pengalaman perdagangan digital yang berbeda dan lebih relevan,” tambahnya.
Baca Juga: Layanan Cloud Azure OpenAI Berikan Banyak Keuntungan ke Unilever