Setelah para ilmuwan melatih model AI, mereka menggunakannya untuk menganalisis 6.680 senyawa yang sebelumnya tidak ditemukan.
Analisis ini memakan waktu satu setengah jam dan akhirnya menghasilkan beberapa ratus senyawa, 240 di antaranya kemudian diuji di laboratorium.
Pengujian laboratorium pada akhirnya mengungkapkan sembilan antibiotik potensial, termasuk abaucin.
Para ilmuwan kemudian menguji molekul baru tersebut terhadap bakteri baumannii dalam model infeksi luka pada tikus dan menemukan bahwa molekul tersebut dapat menekan infeksi.
"Penelitian ini memvalidasi manfaat machine learning (pembelajaran mesin) dalam pencarian antibiotik baru," kata Jonathan Stokes, asisten profesor di departemen biomedis dan biokimia Universitas McMaster University yang membantu memimpin penelitian ini.
“Metode AI memberi kami kesempatan untuk meningkatkan kecepatan penemuan antibiotik baru secara signifikan, dan kami dapat melakukannya dengan biaya yang lebih rendah. Ini adalah jalan eksplorasi yang penting untuk obat antibiotik baru," tambahnya.
Baca Juga: Strategi Melindungi Perangkat dari Serangan Siber Berbasis AI
Baca Juga: Mengapa Bapak Artificial Intelligence Justru Takut Teknologi AI