Kian memanasnya perlombaan artificial intelligence di daratan Tiongkok maupun di dunia membuat Alibaba bergegas meluncurkan teknologi yang mirip ChatGPT.
Sebelumnya, bulan lalu, Alibaba mengumumkan kehadiran large language model (LLM) Tongyi Qianwen, sebuah sistem AI yang dilatih dengan data berjumlah besar untuk mengenal dan membuat konten.
Alibaba Cloud, divisi yang memimpin pengembangan AI di Alibaba, akan mengintegrasikan Tongyi Qianwen pada asisten digital yang dinamai Tongyi Tingwu. Asisten berbasis AI ini memiliki kemampuan menganalisis konten multimedia dan membuat teks ringkasan dari file video dan audio, menurut keterangan Alibaba seperti dikutip dari CNBC.
Ada alasan mengapa Alibaba memfokuskan teknologi mirip ChatGPT ini pada konten video dan audio. “Kita hidup di era di mana konten video dan audio dalam jumlah besar dikonsumsi dalam berbagai format setiap hari. Sejalan dengan hal itu, Tongyi Tingwu menggunakan LLM untuk memfasilitasi pemahaman dan kegiatan berbagi konten multimedia dengan lebih cepat dan lebih baik,” ujar Jingren Zhou, CTO Alibaba Cloud Intelligence, dalam keterangan pers, seperti dikutip dari CNBC.
Tongyi Tingwu telah tersedia untuk public testing dan akan diintegrasikan secara perdana pada Ding Talk, layanan perpesanan bisnis milik Alibaba. Fitur-fitur lain akan dirilis secara bertahap tahun ini, di antaranya fitur penerjemahan konten multimedia secara real time dari Bahasa Inggris ke Bahasa China. Fitur ini akan berupa plugin untuk browser web Chrome.
Selain itu, menurut juru bicara Alibaba kepada CNBC, perusahaan juga akan bekerja sama dengan pelanggan korporasi pengguna cloud untuk mengembangkan produk-produk AI berbasis model bahasa Tongyi Qianwen.
Keputusan Alibaba untuk merilis teknologi mirip ChatGPT ini dilatar belakangi memanasnya perlombaan artificial intelligence di tanah Tiongkok. Peluncuran ini dinilai akan memosisikan Alibaba terdepan dalam AI.
Perusahaan-perusahaan raksasa teknologi di China, seperti Alibaba, Baidu, dan Tencent, berlomba-lomba meningkatkan kemampuan di bidang AI demi mendongkrak pertumbuhan bisnis yang belakangan melemah karena perlambatan ekonomi dan regulasi pemerintah yang semakin ketat.
Pemerintah China menerapkan kontrol dan aturan internet yang ketat, termasuk pada pada teknologi seperti ChatGPT. Dan seperti yang dialami kebanyakan platform web asing, ChatGPT pun diblokir oleh Beijing karena dianggap tidak sesuai aturan yang berlaku.
Di China, perusahaan teknologi bersikap hati-hati dalam mengembangkan AI dan memilih untuk fokus pada pengembangan AI di area-area spesifik.